28.8 C
Jakarta

Lembaga Litbang Harus Aktif Publikasikan Hasil Riset

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM– Publikasi melalui media menjadi bagian penting dari perjalanan sebuah riset dan inovasi. Tanpa adanya keterlibatan publikasi melalui media atau jurnal, maka sebagus apapun riset dan inovasi, maka manfaatnya tidak akan bisa dinikmati masyarakat.

“Ketika kita mencari hasil riset, penelitian atau inovasi yang bersifat lokal dengan kata kunci tertentu pada mesin pencarian Google misalnya, sangat sedikit hasilnya. Kalaupun muncul, biasanya tulisan dari teman- teman media,” kata Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kemal Prihatman di sela media briefing, Rabu (31/10).

Padahal untuk menuju era revolusi industri 4.0, salah satu ciri utamanya adalah akses informasi yang berhubungan dengan teknologi informasi. Artinya hasil riset harus mudah diakses oleh masyarakat melalui teknologi informasi yang paling mudah.

Diakui Kemal saat ini dari 380 lembaga Libtang di Indonesia baru sekitar 20 persen yang memberikan perhatian pada teknologi informasi sebagai ciri khas era revolusi industri 4.0. Indikator yang paling mudah untuk memahaminya adalah minimnya lembaga Litbang yang memiliki website yang aktif.

“Website lembaga Litbang yang aktif tentu bukan aktif menayangkan berita-berita seremonial atau kutipan berita media lain. Website lembaga Litbang harus pula menayangkan hasil-hasil riset sehingga ketika masyarakat membutuhkan, sudah dengan mudah memperolehnya,” jelas Kemal.

Karena itu Kemal mengingatkan pentingnya kolaborasi lima pemangku kepentingan ‘penta helix’ yakni unsur universitas, pemerintah, industri, media dan masyarakat dalam sebuah riset, inovasi ataupun penelitian.

Kemal mengatakan berhimpun dalam satu wadah bernama Pusat Unggulan Inovasi (PUI) menjadi solusi bagi lembaga Litbang untuk mempublikasikan hasil-hasil risetnya. PUI ini akan memberikan pendampingan terhadap lembaga Litbang agar hasil risetnya bisa diakses oleh masyarakat luas terutama melalui laman atau website yang dimiliki lembaga Litbang termasuk mempertemukan dengan dunia industri.

“Konten-konten website harus menayangkan hasil riset, inovasi maupun penelitian dari para peneliti yang berada dibawah naungan lembaga Litbang tersebut,” jelasnya.

Lebih lanjut Kemal mengatakan bahwa keberadaan lembaga Litbang tentu tidak terlepas dari akreditasi badan atau lembaga Litbang. Salah satunya melalui sistem akreditasi pranata Litbang yang diselenggarakan oleh KNAPPP.

Sampai Agustus 2018, tercatat ada 61 pranata litbang yang sudah terakreditasi tetapi hanya 55 lembaga yang aktif. Jumlah tersebut masih sangat kecil sekitar 13 persen, dibanding jumlah lembaga Litbang yang ada di Indonesia.

Dari 55 lembaga pranata litbang yang terakreditasi, 51 persen merupakan Lembaga Pelatihan Kerja (LPK), 20 persen berasal dari Lembaga Pemerintah nonKementerian (LPNK), sedangkan 29 persen lainnya merupakan pranata litbang perguruan tinggi, swasta, BUMN.

Ajang Indonesia ID

PUI sendiri pada 16 Oktober 2018 lalu telah sukses menggelar Indonesia Innovation Day (Indonesia  ID)  yang  diselenggarakan di International Convention Center, Kobe University, Jepang.

“Dari even Indonesia ID, terjadi penandatanganan sebanyak  22 buah naskah kerjasama  yang  mencakup  kerjasama  bisnis,  kerjasama  perluasan  pasar,  kerjasama  pengembangan produk,  dan  kerjasama  riset  untuk  menguatkan  keunggulan  produk.  Rincian  20  naskah  kerjasama tersbut adalah 1 MoA, 6 MoU, dan 13 Letter of Intent yang akan ditindaklanjuti   menjadi MoU dan MoA,” jelas Kemal.

Sementara  itu  tercatat  ada  9  buah  potensi  kerjasama  yang  akan  ditandatangani  sampai  dengan semester I 2019.

Indonesia  ID  2018  diselenggrakan  Kementerian  Riset,  Teknologi,  dan  Pendidikan  Tinggi (Kemenristekdikti)  melalui  Ditjen  Lembaga  Litbang.  Bertujuan  untuk  memperluas  jaringan  kerjasama internasional  baik  dalam  hal  pengembangan  teknologi  lanjutan,  kerjasama  sertifikasi  produk  untuk pangsa  pasar  internasional,  perluasan  promosi  dan  pasar  atas  suatu  produk,  meningkatkan  sinergi inovasi  yang  berkelanjutan  antara  lembaga  PUI  dengan  pusat  riset  inovasi  dan  industri  di  berbagai negara.

Kemal  mengatakan  IID  2018  di  Kobe  ini  diikuti oleh  berbagai  institusi  litbang  PUI.  Tercatat  49  inventor  berangkat  ke  Jepang  dengan  membawa  41 produk  dari  7  bidang  seperti  pangan  pertanian,  energi,  kesehatan,  maritim,  Teknologi  Informasi  dan Komunikasi, material maju, dan sosial budaya.

Melalui Indonesia ID 2018 diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan pihak asing terhadap investasi riset di Indonesia, membuka jalan untuk kolaborasi riset maupun industri negara Indonesia di lingkungan internasional, serta peluang  lainnya yang  mendukung  peningkatan  pemanfaatan  hasil  produk  berbasis riset  di  Indonesia.  Pelaksanaan  Indonesia  ID  2018  juga  merupakan  salah  satu  agenda  kerjasama internasional  dengan  pihak  Jepang  dalam  memeriahkan  Peringatan  60  Tahun  Hubungan  Diplomatik Jepang – Indonesia.

Tema  dari  Indonesia  ID  2018  yaitu  “  Enhancing  Innovation,  Expanding  Collaboration”  dengan  targetuntuk  peningkatan  inovasi  dan  pengembangan  kolaborasi  bertumpu  pada  keunggulan  Indonesia berbasis kekayaan biodiversitas dan keunikan budaya.

Indonesia ID 2018 llanjut Kemal tidak terbatas pada promosi produk hasil riset dan kekayaan   biodiversitas Indonesia saja.  Melalui  agenda  ini,  Kemenristekdiki  juga melakukan  promosi  terkait  eksistensi kelembagaan  PUI, yang berkompeten dan berpotensi untuk bersaing di lingkungan internasional.

Misi khusus  yang  dibawa dalam  agenda  ini diharapkan  dan dapat  memberikan  peluang  positif  kepada perkembangan kelembagaan litbang  di Indonesia, baik dalam kapasitas sumber daya, kapasitas riset dan pengembangan, maupun kapasitas disseminasinya.

Produk inovatif

Terdapat 10 produk inovatif yang dipresentasikan dalam agenda Indonesia ID 2018. Produk tersebutdipilih berdasarkan kriteria keunggulan berbasis akar budaya Indonesia dan mencerminkan produk biodiversitas yang dimiliki Indonesia, di samping kriteria potensi kerjasama yang kuat antara Indonesia – Jepang.

Inilah 10 produk yang dipresentasikan:

  1. Ringkel Background Batik dan Kerajinan Kayu dg Ornamen Batik (PUI Batik dan Kerajinan, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Kementerian Perindustrian)
  2. Organic Noni Juice (PUI Industri Agro, Balai Besar Industri Agro, Kementerian Perindustrian)
  3. Varietas Baru Nanas PK-1 (PUI PT Hortikultura Tropika, Pusat Kajian Hortikultura Tropika, Institut Pertanian Bogor)
  4. Roselindo Tea (PUI Tanaman Serat, Balai Penelitian Tanaman Serat dan Tanaman Pemanis, Kementerian Pertanian)
  5. BioMush (PUI Sumberdaya Mikroorganisme Nasional, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
  6. Gamboeng Green Tea Powder (PUI Teh dan Kina, Pusat Penelitian Teh dan Kina, PT. Riset Perkebunan Nusantara)
  7. SITOMO: Accoustic Tomography for Ocean Monitoring System (PUI Teknologi Akuntansi Sumber Daya Alam, Pusat Teknologi Sumber Daya Wilayah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)
  8. ReDaNo: Regional Data Node for Earth Monitoring (PUI Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional)
  9. BioDiv Checker (PUI PT Pigmen Material Aktif, Pusat Penelitian Pigmen Material Aktif,Universitas Ma Chung)
  10. AISITS : Automatic Identification System ITS (PUI PT Keselamatan Perkapalan, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya)

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!