32.5 C
Jakarta

Puasa Harus Menjadikan Shaleh Jiwa, Pikiran dan Tindakan

Baca Juga:

WATES, MENARA62.COM — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir MSi menandaskan puasa dan seluruh ibadah niscaya menjadikan setiap muslim shaleh jiwa, pikiran, dan tindakannya. Usai puasa dan Idul Fitri jadilah insan yang shaleh hati, pikiran, dan tindakan.

Haedar Nashir mengemukakan hal tersebut dalam kotbah Idul Fitri di Alun-alun Wates, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (5/6/2019). Shalat Idul Fitri 1440 H ini diikuti Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo, Wakil Bupati Sutedjo, pejabat pemerintah lain, jajaran PDM, dan masyarakat Kulonprogo.

Lebih lanjut Haedar mengatakan keshalehan sangat dibutuhkan di era media sosial dan politik yang sangat keras atau bebas saat ini. Karena itu, Haedar mengharapkan setiap muslim untuk menanamkan jiwa baik terhadap sesama meski yang berbeda agama, pandangan, dan latarbelakang.

“Hindari ujaran-ujaran yang kasar, keras, panas, hoaks, dan menyulut situasi konflik di tubuh umat dan bangsa. Jika benar ahli puasa, ahli tadarus avauran, dan ahli ibadah, maka tampilkan sikap shaleh dan ihsan yang sejati dan tidak hanya tampak di luar belaka. Itulah ibadah yang membuahkan keshalehan diri yang bersih dan suci,” kata Haedar.

Haedar Nashir di hadapan jamaan Shalat Idul Fitri 1440 H di Alun-alun Wates, Kulonprogo, DIY, Rabu (5/6/2019). (foto: heri purwata)

Puasa, kata Haedar, bertujuan mencapai derajat taqwa membuahkan akhlak mulia. Di tengah suasana kehidupan yang serba terbuka saat ini, diperlukan benteng akhlak mulia sebagai perisai dan pencerah akal budi. Media sosial selain bermanfaat sebagai media interaksi yang cepat dan mudah, pada saat yang sama menjadikan penggunanya seolah bebas berujar apa saja.

“Ujaran perseteruan, kebencian, permusuhan, saling hujat, dan hoaks menjadi hal biasa di media daring tersebut. Hubungan sosial menjadi lebih keras sehingga hilang rasa damai, ketenteraman, dan keadaban,” ujarnya.

Menurut Haedar, dalam kehidupan kemasyarakatan dan kebangsaan pun mulai terasa adanya peluruhan nilai-nilai utama yang bersumber pada agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur Indonesia. Politik uang, permusuhan, kebencian, ghibah (menggunjing), tajassus (mencari-cari kesalahan orang lain), provokasi, dan menghalalkan segala cara seakan legal dalam kehidupan politik di tubuh bangsa ini.

“Karenanya diperlukan pencerahan akal budi sebagai aktualisasi taqwa buah dari puasa khususnya bagi kaum muslimin. Jadikan puasa dengan segala rangkaian ibadah Ramadhan dan Idul Fitri sebagai jalan ruhani untuk mencerahkan akal budi berbingkai akhlak mulia untuk menebar rahmat bagi semesta alam sejalan misi kerisalahan Nabi untuk “menyempurnakan akhlak mulia” dan menebar “rahmatan lillalamin” dalam kehidupan semesta,” tandasnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!