PURWOKERTO, MENARA62.COM — Peneliti kelapa kopyor yang juga dosen Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sisunandar, Ph.D., meraih gelar profesor.
Surat keputusan yang berkaitan dengan gelar profesor itu diserahkan kepada Sisunandar di Aula Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VI Jawa Tengah di Semarang, belum lama ini.
Prof. Sisunandar didampingi Wakil Rektor II Drs. Ikhsan Mujahid, M.Si., menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya meraih gelar profesor.
“Setelah melewati proses ini, saya jadi tahu bahwa proses menjadi professor sangat sulit, bahkan jauh lebih sulit dari proses menikah,” katanya, Selasa (10/12/2019).
Ia mengaku tiga kali gagal mengajukan berkas hingga putus asa dan mengumumkan ke semua orang jika akan berhenti dari pekerjaannya yang menjadi dosen.
“Jadi, saya akan pensiun dini, sampai saya pamit ke Prof. D.Y.P. Sugiarto. Namun semua itu salah karena di tahun 2019, saya tidak menyangka dapat menyelesaikan proses ini. Kali ini saya belajar bahwa tidak ada yang tidak mungkin, selama kita mau berusaha,” katanya.
Kepala LLDikti Wilayah VI Prof. D.Y.P. Sugiarto dalam kesempatan itu mengatakan proses dari masing-masing orang dalam meraih gelar profesor itu berbeda-beda karena ada yang cukup singkat, ada yang panjang, dan ada pula yang sangat panjang.
“LLDikti Wilayah VI memiliki empat profesor baru, yakni Prof. Sisunandar dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Prof. Mudzakkir dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Prof. Amron dari Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), dan Prof. Muhammad Dai dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS),” katanya.
Terkait dengan gelar profesor yang diterima Sisunandar, dia mengharapkan gelar tersebut menjadikan peneliti kelapa kopyor itu makin produktif karena profesor merupakan salah satu tolak ukur kemajuan sebuah perguruan tinggi.
Menurut dia, hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi para dosen yang ingin mendapatkan gelar akademik tertinggi sehingga keberhasilan Prof. Sisunandar diharapkan dapat menjadi virus yang baik untuk memacu dosen-dosen yang lain meraih gelar profesor.
“Semoga setelah menjadi profesor, Pak Sisunandar menjalankan tugas dengan baik di antaranya menghasilkan paling sedikit tiga karya ilmiah di jurnal internasional atau paling sedikit satu karya ilmiah dalam jurnal internasional bereputasi atau bisa juga membuat karya monumental atau paten dalam jangka waktu tiga tahun,” pungkasnya. (Cah/Tgr)