Saat ini dunia sedang mengalami wabah pandemi. Di Indonesia sendiri, selain mulai maraknya kasus positif COVID-19, banyak sekali kasus demam berdarah yang juga bisa berakibat fatal. Sayangnya, beritanya “tertelan” oleh berita tentang COVID-19.
Sebagai pekerja medis, saya termasuk dalam kelompok yang rentan tertular. Namun akses ke pemeriksaan swab coronavirus tidaklah mudah. Seseorang harus mengalami gejala sakit dulu (demam, batuk pilek, gangguan pernafasan), terdiagnosis awal dan dirujuk atau datang ke RS rujukan untuk dapat diperiksa. (Sumber : Protokol Kesehatan COVID-19 Kemenkes RI)
Celakanya lagi, gejala COVID-19 ternyata dilaporkan bisa menyerupai demam berdarah.
(Sumber : www.thelancet.com. Covert COVID-19 & false positive dengue serology in Singapore)
Saat tidak ada yang mampu menjamin, saya belum tertular COVID-19 karena gradasi gejala yang luar biasa, dari ringan sampai berat. Apa yang harus saya lakukan, ya?
Atas dasar pemikiran itu, saya coba merangkum mengenai mengapa kita harus melek tentang sistem pertahanan tubuh atau sel-sel imun kita.
Teori Dasar Imunitas Tubuh
Maha Besar Allah SWT, bahwa kita dikaruniai sel-sel imun yang berguna untuk memproteksi diri kita dari virus, bakteri, jamur, bahkan sel kanker. Sel imun adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh, yang terbentuk dari stem cell di sumsum tulang yang kemudian berubah menjadi berbagai sel imun seperti sel NK, limfosit (sel T & sel B), makrofag, dendritik, dll.
Dalam bahasa awamnya, sel imun ini ibarat “pasukan elit anti teror” di tubuh kita, yang bertugas memerangi “musuh”. Musuh tubuh kita siapa? Ya salah satunya adalah si nakal COVID-19 ini.
Pendukung Sistem Imun
Sedikit kilas balik ke tahun 2016 saat Ibu saya terdiagnosis kanker, lalu melakukan operasi yang dilanjutkan dengan terapi sel imun (Immune Cell Therapy/ICT) di Jepang, sebelum akhirnya ICT ini berhasil kami tarik ke Indonesia. Pada saat itu, kami mempelajari berbagai hal, yang pada intinya adalah upaya memperkuat sistem imun ibu saya, yang secara alamiah akan membantu memusnahkan sel kanker di tubuh beliau.
1. Immune Cell Therapy (ICT)
Berasal dari darah pasien sendiri (= autologus), lalu sel NK, NKT & T akan diperbanyak dan diaktifkan selama sekitar dua minggu.
Sel NK (= Natural Killer) punya tugas penting : mampu mengenali dan membunuh sel-sel yang terinfeksi virus atau tumor. Melalui jalur apoptosis (kematian sel terprogram), sel NK mampu mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi sambil membatasi kerusakan jaringan sekitar.
(Sumber: www.niaid.nih.gov)
2. Vitamin D3
Baik secara langsung maupun tidak langsung, vit. D3 berperan penting dalam menginisiasi respon imun adaptif (sel T & sel B), serta sel-sel imun innate (sel makrofag, sel monosit).
(Sumber : Vitamin D & Immune Function. Nutrients 2013)
Jangan khawatir untuk mengkonsumsi vit. D3 dosis tinggi, karena untuk menaikkan kadar D3 darah yang sudah kadung rendah, asupan suplemen bisa mencapai dosis 10.000 IU per hari bagi dewasa. (Sumber: www.mayoclinic.org)
3. Probiotik
Saluran cerna kita merupakan salah satu ekosistem mikrobiologi aktif yang berperan sangat penting pada sistem imun. Probiotik menstimulir sistem imun mukosal melalui banyak cara, dan dilaporkan melindungi tubuh tidak hanya dari infeksi di usus, tapi juga di saluran nafas dan saluran kemih. Bahkan, probiotik dikatakan mampu meningkatkan pemusnahan human papillomavirus (HPV), penyebab kanker serviks. (Sumber : Beneficial Effects of Probiotic. Ann Nutr Metab 2019)
4. Infus Vitamin C Dosis Tinggi
Vit. C merupakan antioksidan kuat dan berkontribusi pada sistem pertahanan tubuh. Pada infeksi saluran nafas seperti pneumonia, pemberian vit. C ini dilaporkan mampu membantu kesembuhan pasien dan mengurangi lama rawat di RS. (Sumber : Vitamin C & Immune Function. Nutrients 2017)
5. Diet rendah karbohidrat
Sudah banyak penelitian melaporkan kaitan antara tingginya kadar gula darah dengan peradangan (inflamasi) sebagai akibat dari disfungsi sel imun, terutama pada penderita diabetes. Bila sel imun mengalami penurunan fungsi, tentu penyebaran virus dan bakteri di tubuh akan sulit diatasi.
Kondisi kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) juga dapat memperberat infeksi akibat virus dan bakteri di saluran nafas, seperti pada flu dan pneumonia. (Sumber : www.ncbi.nlm.nih.gov. Influenza Virus & Glycemic Variability in Diabetes : A “Killer” Combination?)
Multimodalitas
Dengan menjaga juga pola hidup yang sehat (olahraga, istirahat cukup, mengurangi stress, dll), ini semua akan menjadi multimodalitas ampuh dalam menjaga keperkasaan sel-sel imun kita.
Semoga artikel ini dapat menambah wawasan saat wabah pandemi COVID-19 serta meningkatnya kasus demam berdarah. Insya Allah, kita semua mampu melalui periode ini dengan baik.
Aamiin ya Rabb. Salam sehat.
Penulis: Dr. dr. Karina, SpBP-RE.