32.3 C
Jakarta

Beri Sambutan pada Semnas Institut STIAMI, Menteri Suharso Ingatkan Pentingnya Kebijakan Pembangunan Ekonomi Hijau

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Dr. Ir. Suharso Manoarfa mengimbau perguruan tinggi harus menghasilkan lulusan yang adaptif terhadap pasar tenaga kerja. Pada era disruptif akan banyak jenis pekerjaan yang hilang, meski di sisi lain juga akan muncul jenis-jenis pekerjaan baru.

“Menyiapkan lulusan agar lebih adaptif karena dalam jangka pendek, hal paling mendasar yang harus diantisipasi adalah masalah lapangan kerja, mengingat cepat atau lambat akan banyak lapangan kerja digantikan oleh mesin, ” kata Suharso dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Ir Bambang Prijambodo, saat menjadi keynote speaker Seminar Nasional bertema Smart Green Economy yang digelar Institut STIAMI di Hotel El Royale, Jakarta, Ahad (8/12/2019).

Selain Ir Bambang, tampil sebagai pembicara adalah Dr. Lina Tri Mugi Astuti, SE, MM (Sekretaris Jenderal Perkumpulan Ahli Lingkungan Indonesia), Bernard Sihombing, ST, MM (PT. SUCOFINDO) dan Dra. Puri Purwti, M.I.Kom, PIA (Corporate Secretary PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung) dengan moderator Dwi Agustina , S.IP, M.PA  (Dosen Institut STIAMI).

Saat ini saja, lanjut Suharso, peran perbankan semakin tergeser oleh munculnya financial technologi atau fintech. Juga sektor transportasi, sektor retail dan lainnya.

Diakui Suharso, banyak Negara yang tidak memiliki sumber daya alam (SDA) yang memadai justeru memiliki penghasilan tinggi. Ini dimungkinkan karena makin tumbuhnya kegiatan ekonomi berbasis digital.

Contoh yang paling gambang adalah Arab Saudi. Saat ini Negara tersebut tengah mengembangkan sektor wisatanya untuk mengantisipasi berkurangnya sumber penghasilan Negara berupa minyak bumi.

Indonesia, lanjutnya tentu juga harus mengantisipasinya. SDA Indonesia pada saatnya nanti akan berkurang atau malah habis. Karena itu mengembangkan sektor ekonomi lain yang berbasis digital sangat penting dilakukan.

Konsep kebijakan green economy, diakui Suharso kini banyak diadopsi oleh Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Ini adalah gagasan pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial masyarakat, sekaligus mengurangi risiko kerusakan lingkungan secara signifikan.

“Jadi ekonomi hijau saat ini menjadi masa depan bangsa. Dan Institut STIAMI sebagai institusi pendidikan memiliki peranan penting untuk mengubah paradigma pembangunan ekonomi hijau. Forum ini bisa menjadi ajang pertukaran pikiran dan prinsip-prinsip ekonomi hijau,” tukas Suharso.

Senada juga dikemukakan oleh Bernard Sihombing, ST, MM, Head of Business and Service Development Innovation PT Sucofindo. Indonesia sudah saatnya memikirkan penggunaan sumber-sumber ekonomi hijau. Terutama dalam hal pemanfaatan energy, dimana banyak negara sudah mengadopsi energy terbarukan.

Indonesia baru 10 persen menggunakan energy terbarukan, padahal sumbernya melimpah seperti matahari dan angin. Sedangkan Negara-negara maju sudah menerapkan energy terbarukan antara 70 hingga 80 persen komposisinya dari total energy yang digunakan,” jelasnya.

Para pembicara pada Seminar Nasional bertema Smart Green Economy yang digelar Institut STIAMI di Hotel El Royale, Jakarta, Ahad (8/12/2019).

Ia juga mengemukakan sejumlah masalah yang kini dihadapi oleh Indonesia. Seperti sampah plastik yang jumlahnya sangat besar. Indonesia saat ini tercatat menjadi penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua setelah China dengan jumlah mencapai 3,2 juta ton per tahun. China menurut data sudah mencapai 8,8 juta ton per tahun.

Strategi Pembangunan Berkelanjutan

Sementara itu Dekan Fakultas FISMA Institut STIAMI, Dr Euis Komalawati, MSi dalam sambutannya mengatakan perekonomian global masih mengalami pelemahan dan proses pemulihan ekonomi yang terjadi di beberapa kawasan masih rentan dan tidak merata. Kesejahteraan manusia untuk bertahan hidup bergantung pada kemampuan alam untuk menyediakan beberapa sumber daya dasar.

PBB mencatat saat ini ada 6 penyebab utama polusi udara global yang mengakibatkan pemanasan global dan akhirnya menjadikan krisis iklim yaitu aktivitas rumah tangga, industri, transportasi, pertanian, limbah dan penyebab lainnya. Permasalahan-permasalahan lingkungan global tersebut tentu memerlukan strategi untuk mengatasinya.

“Oleh karena itu, penerapan Smart Green Economy merupakan strategi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Euis.

Negara jelas Euis perlu mengakui saling ketergantungan antara pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan hidup dan kemajuan sosial. Menurunnya laju perekonomian global, ditandai dengan  kegagalan finansial global pada perekonomian global. Karenanya diperlukan upaya untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang memperhatikan lingkungan, yakni ekonomi yang lebih adaptif pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Menurut Euis, penerapan pendekatan pertumbuhan ekonomi dengan Smart Green Economy (SGE) dipandang dapat mengatasi permasalahan tersebut, dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.

“SGE memberikan sistem transportasi yang didukung oleh sumber energi lokal dan terbarukan, mengurangi jarak yang ditempuh melalui desain kota terintegrasi, menggerakkan orang secara efisien, tidak mencemari lingkungan dan aman misalnya, dengan membangun jaringan bersepeda yang dirancang dengan baik,” lanjutnya.

Dari sejumlah pembicara diperoleh kesimpulan bahwa permasalahan-permasalahan lingkungan global saat ini memerlukan strategi untuk mengatasinya.  Oleh karena itu, penerapan Smart Green Economy merupakan strategi mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Penerapan Smart Green Economy memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas ekonomi dalam kondisi dan perkembangan global saat ini yang dihadapkan pada sustainable competitiveness.

“Semua pemangku kepentingan/ stakeholders secara aktif mendukung penerapan smart green economy sesuai dengan perannya masing-masing,” tutup Euis.

Turut hadir dalam seminar tersebut Rektor Institut STIAMI Dr. Ir. Panji Hendrarso, MM beserta para Wakil Rektor Institut STIAMI – Ketua Yayasan Ilomata Drs. Amrulloh Satoto, SAP., MA beserta Sekretaris Yayasan Drs. Djaka Permana, Ph.D  –  dan Guru Besar Institut STIAMI Prof. Dr. Safri Nurmantu.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!