32.3 C
Jakarta

Berpeluang Dampingi Jokowi pada Pilpres 2019, Ini Kelebihan Moeldoko

Baca Juga:

JAKARTA – Lembaga Survei Media Nasional (Median) boleh merilis elektabilitas Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko hanya 0.7 persen dari hasil survei yang digelar kurun 24 Maret -6 April 2018. Tetapi bukan berarti jalan menuju kursi dua bagi Jenderal Bintang 4 tersebut suram. Justeru sebaliknya, berbagai kelebihan yang dimiliki Moeldoko memberikan peluang besar baginya untuk terpilih mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019.

Hal tersebut setidaknya bisa terbaca melalui jawaban atas sejumlah pertanyaan yang dilontarkan awak media saat Jokowi berada di Istana Bogor pada 24 April lalu. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut nama Moeldoko saat diminta memilih dengan cepat antara Prabowo Subianto atau mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ataukah Jenderal Moeldoko untuk menjadi Cawapresnya dari kalangan militer.

Artinya Jokowi lebih memilih Moeldoko ketimbang Jenderal lainnya semisal Gatot Nurmantyo atau  Prabowo Subianto. Awak media yang penasaran mengulangi pertanyaannya dan jawaban Jokowi tetap konsisten pada Moeldoko.

Di mata Politisi  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Anggota Komisi XI DPR Eva Kusuma Sundari, Moeldoko sendiri adalah soso sosok Pemimpin yang memiliki lima keunggulan.

”Pertama, Moeldoko tidak ada beban masa lalu. Dia lebih legitimate, soal kasus berkaitan dengan Hak Asasi Manusia (HAM) beliau clear,” kata Eva.

Kedua, lanjut Eva, karir puncak di Korps Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia berjalan mulus dari awal hingga pensiun. Bahkan saat ini masih dipercaya pemerintah untuk menjabat Kepala Kantor Staf Kepresidenan Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla sejak Januaru 2018.

Ketiga, yang dimiliki Moeldoko adalah  dirinya tidak terlibat atau ada kontroversi kemusliman.

Keempat, Eva menilai sosok Moeldoko terdapat Chemistry dengan capres incunmbent  Joko Widodo yang oke. Dengan kecocokan tersebut diyakini Moeldoko mampu mengimbangi cara kerja manatan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo jika saja dijadikan cawapres di pilpres  2019 mendatang.

Kelima, bahwa Moeldoko tidak memiliki atau terlibat di dalam organisasi kepartaian yang mengikat. Khususnya saat beliau menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan,sejak dilantik Joko Widodo per Januari 2018 yang lalu.

Selain itu, Moeldoko adalah lulusan terbaik Akabri (1981) (Lulusan Terbaik – Adhi Makayasa dan Tri Sakti Wiratama). Selain itu, Moeldoko juga adalah Lulusan terbaik  di lembaga pendidikan Seskoad tahun 1995.

Emrus Sihombing Pengamat politik dari UPH memuji kelebihan Moeldoko. ,

“Secara pribadi, saya pikir dia punya leadership yang bagus, paling tidak dia Jenderal bintang empat, tidak gampang menjadi jenderal itu kan. Artinya seleksinya di TNI sangat ketat itu, dan dia memang menunjukkan suatu kinerja yang bagus makanya dia jadi Jenderal,” tuturnya.

Dan yang kedua, Moeldoko pernah menjabat sebagai panglima TNI, jabatan tertinggi di TNI. Untuk meraih jabatan tersebut tidaklah mudah.

Bahkan dari awal pendidikan militer pun, Moeldoko telah mengungguli banyak calon dari militer lainnya sebagai lulusan terbaik Akabri (1981) yang menggenggam penghargaan Adhi Makayasa Tri Sakti Wiratama. Ia masih melanjutkan pendidikannya di S2 dan S3 FISIP UI pada bidang administrasi, dan mendapatkan gelar doktor dengan predikat memuaskan.

Dari segi loyalitas, Moeldoko sudah teruji sampai ia pensiun secara terhormat dari TNI.

Tidak mencuatnya nama Moeldoko pada lembaga survei, mencerminkan bahwa Moeldoko sendiri tidak mengambil langkah-langkah agresif untuk mencalonkan dirinya sendiri. Namanya muncul justeru rakyat yang menginginkan.

Lembaga survei Median yang melakukam survei dengan 1.200 responden menunjukkan elektabilitas tertinggi cawapres adalah Anies Baswedan 6,4%, Gatot Nurmantyo  (5,4%), Prabowo Subianto (4,9%), Muhaimin Iskandar (4,7%) dan AHY (3,8%). Sisanya, sebanyak 42,% responden belum menentukan pilihan.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!