32.2 C
Jakarta

Direktur Nuffic Neso: “Indonesia Memperkaya Warna Hidup Saya”

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Usianya memang sudah tak lagi muda, 61 tahun. Satu usia yang pada kebanyakan orang sudah memasuki masa pensiun dan menikmati hari tua. Tetapi itu tidak berlaku bagi Peter van Tuijil, Direktur Nuffic Neso Indonesia. Justeru pada usianya tersebut, ia ingin berbuat lebih banyak lagi terutama bagi generasi muda.

Karena itu, ketika dua tahun lalu ditunjuk untuk membawahi Nuffic Neso Indonesia, Peter menerima dengan suka cita. Baginya bekerja di Indonesia tidak hanya pulang ke rumah keduanya, tetapi juga menjadi kesempatan untuk berjumpa lebih banyak lagi generasi-generasi muda.

“Saya suka sekali bekerja dengan generasi muda, termasuk anak-anak muda Indonesia,” kata Peter, Sabtu (3/8/2019).

Kepada menara62.com, Peter mengatakan bahwa generasi muda adalah harapan masa depan bangsa. Itu sebabnya Indonesia harus menyiapkan lebih banyak lagi generasi muda berkualitas salah satunya melalui pendidikan.

Indonesia akan jauh lebih maju jika generasi mudanya memiliki kualitas bagus. Dan saya akan dengan senang hati membantu generasi muda Indonesia untuk mendapatkan pendidikan kelas dunia,” lanjut Peter.

Suami dari Dewi Suralaga tersebut mengakui bahwa Indonesia ibaratnya adalah rumah kedua dalam hidupnya setelah Belanda. Di Negara ini, Peter tidak hanya berjumpa dengan perempuan yang kini menjadi istrinya. Tetapi di Negara ini pula Peter berkenalan dengan banyak tokoh yang visioner seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid) dan Adnan Buyung Nasution.

Bahkan saking dekatnya dengan Gus Dur, pernikahannya dengan Dewi Suralaga pada 1990, salah satu saksinya adalah Gus Dur. “Saya mengenal baik Gus Dur baik secara pribadi maupun urusan pekerjaan,” tambahnya.

Peter bukan baru mengenal Indonesia. Jauh sebelum berjumpa dengan sang istri, Peter yang memiliki hobi renang, main piano dan masak, sudah banyak terlibat dalam proyek bantuan pembangunan untuk Indonesia melalui NGO Forum on Indonesian Development sejak tahun 1986 hingga 1989 (zamannya Presiden Soeharto). Pada masa itu Peter tidak sekali dua kali mengunjungi Indonesia untuk berbagai proyek pembangunan.

“Sejak pertama datang ke Indonesia, saya langsung menyukai Indonesia. Ini adalah Negara dengan berbagai kelebihan menurut saya,” jelas Peter.

Kecintaannya pada Indonesia tersebut makin sempurna setelah beristrikan orang Indonesia dan tinggal untuk waktu yang cukup lama di Negara yang berada dibawah garis khatulistiwa tersebut. Peter bertemu pertama kali dengan Dewi saat bertugas di Washington DC, Amerika Serikat. Pasca pernikahannya, pasangan tersebut tinggal di Belanda untuk 10 tahun kemudian.

“Lalu pada tahun 2000 kami memutuskan tinggal di Indonesia. Selama 7 tahun kami tinggal di sini,” kata Peter.

Pria yang menguasai 6 bahasa yakni bahasa Belanda, Inggris, Indonesia, Perancis, Spanyol dan Jerman tersebut mengaku tidak bisa memilih satu diantara dua Negara, Indonesia atau Belanda. Kedua Negara tersebut sama-sama melekat di hatinya yang paling dalam. Indonesia Negara dengan banyak kelebihan, tetapi disisi lain ada hal yang harus terus diperbaiki. Demikian juga Belanda, memiliki banyak kelebihan, tetapi ada hal yang harus diperbaiki pula.

Karena itu selama masih sehat, ia ingin secara berganti-ganti tinggal di Belanda dan Indonesia. Keinginan tersebut sudah didiskusikan dengan sang istri. Dan istrinya, Dewi sangat setuju.

“Saya masih kewarganegaraan Belanda dan istri kewarganegaraan Indonesia. Itu tidak jadi masalah dalam hubungan kami,” tegas Peter.

Sementara anak semata wayangnya, Irvan,19, kini melanjutkan studi di London, Inggris untuk bidang film. Dikatakan anaknya adalah seorang dengan kemampuan tehnik yang baik tetapi lebih tertarik pada dunia film.

Lebih lanjut Peter bercerita bahwa tinggal di dua Negara secara bergantian telah memperkaya warna hidupnya. Ada banyak hal-hal yang dipelajari dari masyarakat dari dua Negara yang dipisahkan oleh lautan dan benua tersebut. Iklimnya, budayanya, lingkungan sosialnya dan sebagainya.

Kini, dengan jabatannya sebagai Direktur Nuffic Neso Indonesia, tentu Peter akan lebih banyak tinggal di Indonesia dan hidup dengan keluarganya di Indonesia. Tetapi meski demikian, Peter tetap mengunjungi Belanda, minimal 3 kali dalam setahun.

“Di sini saya ada keluarga, memiliki banyak teman. Di Belanda saya juga ada keluarga dan teman. Semuanya menyenangkan dan itu memperkaya hidup saya,” tutup Peter.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!