31.5 C
Jakarta

Dukungan Keluarga kepada Ibu Penting untuk Optimalkan Pemberian ASI

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Air susu ibu atau ASI menjadi faktor penting bagi pertumbuhan bayi. Tetapi tidak semua ibu bisa memberikan ASI kepada bayinya dengan optimal.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap ibu. Terutama dukungan suami baik secara fisik maupun moril.

“Menyusui sekilas gampang. Tetapi jika tidak ada dukungan dari keluarga, bisa saja ibu gagal memberikan ASI pada bayinya,” kata Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, dr. Kirana Pritasari, MQIH di sela temu media dalam rangka Pekan ASI Sedunia, Jumat (2/8/2019).

Beberapa ibu mengakui bahwa tidak bisa memberikan ASI dengan baik karena ASI keluar hanya sedikit. Atau ASI tidak mencukupi bagi kebutuhan bayinya. Tetapi sebenarnya masalah pokok adalah terkait masalah fisik dan emosi ibu.

Padahal lanjut Kirana, ASI berperan penting dalam pembentukan anak yang berkualitas. Anak yang memperoleh ASI dengan cukup akan memiliki tingkat kekebalan yang lebih baik dan kecerdasan otak yang lebih baik pula.

Karena itu untuk mengoptimalkan pemberian ASI, Kementerian Kesehatan menjadikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), pemberian ASI ekslusif dan pemberian ASI hingga usia 2 tahun sebagai bagian dari strategi Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).

Kirana mengingatkan setelah bayi berusia 6 bulan, ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi, sehingga perlu makanan tambahan (MP-ASI). Pada usia 6 bulan ASI hanya memenuhi 2/3 dari kecukupan gizi bayi, dan pada usia 9 bulan hanya memenuhi ½ kebutuhan, dan pada usia 1 tahun hanya 1/3 dari kebutuhan.

Berdasarkan global standard infant and young child feeding, MP-ASI harus memenuhi syarat yakni Tepat waktu (Timely) dimana MP-ASI mulai diberikan pada saat kebutuhan energi dan zat gizi lain melebihi yang didapat dari ASI. Adekuat (Adequate) dimana MP-ASI harus mengandung cukup energi, protein dan zat gizi mikro. Aman (Safe) bahwa penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan MP-ASI harus higenis. Lalu tepat cara pemberian (Properly)  yakni bahwa MP-ASI diberikan sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukan bayi serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi.

Keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengetahuan dan keterampilan ibu dan tenaga kesehatan, tersedianya fasilitas menyusui di tempat kerja, komitmen ibu, dukungan ayah, keluarga, masyarakat, serta pengendalian pemasaran susu formula.

Pola Asuh Gizi

Pola asuh gizi adalah cara pemberian makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. Untuk bayi baru lahir diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Setelah itu dilanjutkan dengan pemberian ASI saja tanpa diberi makanan atau minuman tambahan apapun termasuk air putih (kecuali vitamin dan obat).

“Ketika sudah berusia 6 bulan sampai 2 tahun anak tetap diberikan ASI ditambah makanan pendamping ASI. Untuk memastikan bahwa pola asuh gizi yang diberikan sudah benar, maka perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan,” tambah Dirjen Kirana.

Dirjen Kirana mengajak berbagai pihak untuk membantu upaya peningkatan praktik PMBA khususnya menyusui. Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia dr Wiyarni Pambudi, SpA , IBCLC mengatakan upaya peningkatan praktik PMBA itu harus dilakukan melalui dukungan ayah.

“Dukungan ayah dapat berupa mendengarkan keluh kesah istri selama persalinan, kedua sabar, ketiga ayah mencari informasi tentang menyusui sehingga ketika ada masalah ayah bisa memberikan solusi,” katanya.

Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan kepada ibu menyusui untuk mempertahankan praktik menyusui termasuk pada situasi sulit seperti bencana alam. Pemerintah melakukan perencanaan dan koordinasi pusat dan daerah untuk program PMBA dan ASI, pengaturan pemasaran susu formula sesuai dengan kode internasional dan rekomendasi WHA, serta promosi ASI eksklusif berupa penyuluhan kelompok maupun konseling menyusui melalui kelas ibu menyusui.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!