26.1 C
Jakarta

Jangan Bersedih, Allah Bersama Kita

Baca Juga:

Dalam hidup ini, selalu ada saat di mana kita merasakan kesedihan ‎dan kekecewaan. Pada saat seperti itu, tidak jarang air mata menetes ‎membasahi pipi. Bahkan, jika kesedihan dan kekecewaan itu sangat dalam, ‎tanpa terasa kita akan menangis tersedu. ‎

Menangis karena sakit, sedih serta kecewa adalah hal yang wajar dan ‎manusiawi belaka. Menjadi tidak wajar, ketika kita terus-menerus menangisi ‎peristiwa yang membuat kita sakit, sedih dan kecewa itu. Lebih tidak wajar ‎lagi, ketika kesedihan serta kekecewaan itu membuat kita kehilangan ‎semangat hidup, pesimis serta putus asa.‎

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita tentang bagaimana cara yang ‎tepat dalam menghadapi kekecewaan serta menyikapi kesedihan. ‎‎“…Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Q.S. At-‎Taubah: 40). Ayat ini menegaskan bahwa jika kita menyadari sepenuh hati ‎tentang kebersamaan Allah dalam setiap gerak dan langkah kehidupan yang ‎kita jalani, maka tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih hati, khawatir atau ‎takut dalam menjalani hidup ini. Karena kita yakin, Allah pasti akan selalu ‎memberikan yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.‎

Dalam ayat lain dinyatakan, “Dan janganlah kamu (merasa) lemah, ‎dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika ‎kamu orang beriman.” (QS. Ali Imran:139)‎

Ayat ini menggugah kesadaran kita tentang hakekat keimanan kita ‎kepada Allah. Jika kita memang orang yang benar-benar beriman, yakin dan ‎percaya kepada Allah SWT, maka tidak ada alasan bagi kita untuk merasa ‎lemah atau bersedih hati. Karena sesungguhnya kita adalah bagian dari ‎kelompok hamba Allah yang paling tinggi derajat serta kedudukannya di ‎antara makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya.‎

Keimanan seseorang akan menjadi kunci utama kedewasaan sikapnya ‎dalam menghadapi beragam ujian dan cobaan hidup. Semakin tinggi iman ‎seseorang, maka semakin siap dan dewasa dalam menghadapi pelbagai ‎persoalan kehidupan yang menimpanya. Karena, dia yakin sepenuh hati ‎bahwa Allah SWT. pasti akan memberikan solusi atas setiap persoalan yang ‎dihadapinya.‎

Semakin rendah keimanan seseorang, maka semakin sulit untuk ‎menerima kenyataan hidup yang dialaminya. Bahkan, pada titik tertentu, ‎ketika dia tidak mampu lagi bersabar, dia akan putus asa serta frustrasi ‎menghadapi hidup ini. Mereka itu, disebut oleh al-Qur’an sebagai orang-orang ‎kafir, yang mengingkari nikmat serta keberadaan Allah SWT. “….Dan janganlah ‎kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari ‎rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir.” (Q.S. Yusuf: 87)‎

Padahal kesedihan, kekecewaan, serta kesulitan yang menimpa ‎seseorang, adalah salah satu cara Allah untuk menghapus dosa-dosanya. Nabi ‎SAW pernah menyatakan, “Tidaklah seorang muslim ditimpa penyakit, ‎kepayahan, kesedihan, bahkan kerisauan yang membuatnya galau, kecuali ‎dengan itu Allah hapus dosanya.” (HR. Muslim)‎

Dengan demikian, maka ketika kesedihan datang menghadang, ‎jadikanlah ia sebagai sarana untuk menimbang tingkat keimanan kita kepada ‎Allah. Yakinkan diri bahwa Allah pasti tengah menyiapkan pengganti dari ‎kesedihan yang kita alami, yaitu kebahagiaan tak terperi. Ketika musibah hadir ‎menghampiri, jadikanlah ia sebagai sarana introspeksi diri atas sikap serta ‎perilaku kita selama ini. Yakinlah bahwa ada pelajaran berharga yang ingin ‎Allah sampaikan melalui persitiwa tersebut. Selalu ada hikmah di balik ‎musibah, selalu ada pelajaran di balik ujian dan cobaan.‎

Menangislah bersama Al-Qur’an. Menangisi kealpaan diri dengan ‎bersandar kepada kitab suci, akan membuat hati lebih berisi. Menangisi ‎keadaan dengan mengadu kepada Al-Qur’an, akan menjadikan kita semakin ‎dengan dengan Sang Pencipta.‎

Ruang Inspirasi, Rabu, 16 Desember 2020.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!