28.2 C
Jakarta

KCBN Muarajambi, Pusat Peradaban Baru Yang Sedang Bersolek

Baca Juga:

Hari masih pagi, Sabtu (3/2/2024). Hujan yang turun, namun tidak deras sempat membuat ciut hati untuk mentadaburi Kawasan Cagar Budaya Nasional Candi (KCBN) Muarajambi, Provinsi Jambi.

Kawasan yang tahun ini akan mendapat dana revitalisasi Rp600 miliar, menjadi agenda prioritas Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Niatan untuk merevitalisasi KCBN Muarajambi ini, didorong keinginan untuk mendapat pengakuan dan usulan Muarajambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Penataan KCBN Muarajambi yang akan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitar, termasuk warga yang ada di dalamnya ini, diharapkan akan mampu melestarikan candi-candi yang terserak di area sepanjang 7,5 km dari barat ke timur.

KCBN Muarajambi telah menjadi fokus pelestarian karena situs ini memiliki candi dengan bentuk struktur bata merah. Tentunya, punya nilai historis yang menarik.

Lokasi candi-candi itu dibangun di lahan yang lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Di lokasi candi, dilengkapi dengan parit dan kolam yang dulunya diperkirakan berfungsi sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir di kawasan muara ini.

Setelah revitalisasi, struktur bangunan bata yang berjumlah 88 bangunan dengan sembilan diantaranya telah dilakukan pemugaran, diharapkan wajah kawasan ini akan lebih cantik. Kesembilan candi yang telah dipugar itu adalah Candi Astano, Candi Kembarbatu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton.

Keunikan

Kunikan, menjadi ciri khas Kawasan Candi Muarajambi yang memiliki tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara. Situs ini yang diperkirakan sebagai tempat pendidikan ini, menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antar generasi.

Kawasan Candi Muarajambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013. Pada tahun 2022 telah dilakukan Program Revitalisasi KCBN Muarajambi yang meliputi pemugaran, perencanaan pemugaran, normalisasi parit keliling, dan penataan lingkungan.

Pada tahun 2024 ini akan dilakukan Pembangunan Museum, Pemugaran Candi Kotomahligai dan Candi Paritduku, Perencanaan Pemugaran Candi Sialang dan Candi Alun-Alun, dan Penataan Lingkungan Candi Kotomahligai, Candi Kedaton, Candi Gedong, dan Candi Astano serta Normalisasi parit dan kolam.

Satu hal yang jelas, KCBN Muarajambi ini, menjadi bukti jejak masa lalu sebagai tempat pendidikan Budhisme dengan area terluas dan tertua di Asia Tenggara.

KCBN Muarajambi, Pusat Peradaban Baru Yang Sedang Bersolek
KCBN Muarajambi, Pusat Peradaban Baru Yang Sedang Bersolek

Perlindungan

Sekretaris Dirjen Kebudayaan Fitra Arda dalam Pembukaan Diskusi Kebijakan dan Kebudayaan di Jambi, Sabtu (3/2/2024) mengatakan, revitalisasi KCBN Muarajambi merupakan sebuah langkah tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Dalam UU tersebut, ada dua hal yang dituju, yaitu berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia. Pelestarian KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga mengembangkan pelindungan alam dan lingkungan.

“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi di kawasan ini, yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan takbenda,” ujarnya.

Dalam menjalankan aktivitasnya, kawasan ini akan dibentuk tata kelola di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya. Untuk mendukung upaya revitalisasi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) telah memusatkan agenda ke Muarajambi. Misalnya, untuk menguatkan nilai dari kawasan ini, Ditjenbud melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (PADUKA). PADUKA merupakan tempat untuk menjual makanan atau minuman khas masyarakat Desa Muarajambi.

Pengembangan kawasan ini diharapkan tidak menghilangkan esensi pedesaannya dan masyarakat menjadi aktor utama dalam pengelolaannya. Selain itu, pembangunan KCBN Muarajambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.

“Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang,” ungkap Fitra.

Salah satu candi yang ada di KCBN kompleks candi muarajambi.
Salah satu candi yang ada di KCBN kompleks candi muarajambi.

Pusat Peradaban

Investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya, membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebhinnekaan, serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V, Agus Widiatmoko, menambahkan bahwa KCBN Muarajambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata, melainkan sebagai pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya.

“Kita harus melihat Muarajambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam,” kata Agus.

Selain itu, peran masyarakat sangat penting untuk menjadi wahana bagi pengembangan ekonomi lokal dan pemajuan pendidikan.

“Nilai-nilai tradisionalnya diangkat betul, kearifan lokal diangkat dan memberi manfaat ekonomi masyarakat,” ujarnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!