33 C
Jakarta

LIPI Meneliti Penyebab Kematian Ikan di Pesisir Ambon

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — LIPI Meneliti Penyebab Kematian Ikan di Pesisir Ambon. Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI), meneliti penyebab kematian ikan-ikan demersal dan biota laut lainnya di pesisir Pulau Ambon sejak 12 September 2019.

Situs Antaranews.com melansir, kepala Bidang Diseminasi Hasil-Hasil Penelitian P2LD-LIPI Daniel Pelasula di Ambon, Senin (16/9/2019) mengatakan, tim peneliti telah diterjunkan. Tim itu terdiri dari ahli oseanografi, geologi laut dalam, ikan, plankton dan kimia. Mereka telah mengambil sampel di sepanjang pesisir timur hingga selatan pantai Pulau Ambon.

Pengambilan sampel itu, dipimpin peneliti P2LD Hanung Agus Mulyadi. Mereka mengumpulkan sedimen, kualitas perairan, fisika dan kimia laut, plankton, termasuk siput dan ikan mati yang ditemukan di sepanjang pantai Desa Waai, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah hingga Desa Hukurila, Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon.

Menurut Daniel, sampel itu akan dianalisis. “Kami sampling kualitas perairan mulai dari Waai, Tulehu terus sampai ke Hukurila. Proses sampling sudah dimulai sejak kemarin, karena lokasi laporan terjadinya kematian ikan dan siput cukup luas, maka masih diteruskan sampai hari ini,” ujarnya.

Waktu berbeda

Daniel mengatakan, kematian mendadak ikan dan kerang di beberapa kawasan pesisir, telah terjadi dari beberapa hari sebelumnya. Kejadian itu dengan rentang waktu berbeda-beda. Pada 12 September, ratusan ikan dan siput ditemukan mati di bagian selatan Ambon, sedangkan di pesisir timur ditemukan pada 13 September.

Kendati sudah mulai berkurang, menurut Daniel, kematian mendadak ikan dan siput tersebut masih terjadi di sebagian lokasi pesisir hingga hari ini.

Berdasarkan jenisnya, ikan-ikan yang mati adalah jenis ikan demersal yang hidup dan makan di dasar laut. Sejauh ini tidak ditemukan ikan dari laut dalam maupun ikan pelagis yang hidup di permukaan hingga kolom air antara 0 sampai dengan 200 meter.

“Di Hukurila, mulainya Hari Kamis, sedangkan di Waai baru terjadi Hari Jumat, sekarang sudah berkurang. Dari sampel ikan yang kami kumpulkan, baik yang di pesisir maupun yang diambil dari masyarakat, tidak ada ikan besar dari laut dalam maupun jenis ikan pelagis,” ujar dia.

LIPI, kata Daniel, belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut terkait peristiwa tersebut, hingga pengujian sampel dan analisa laboratorium selesai dilakukan yang diperkirakan memakan waktu beberapa hari mendatang.

Menurut dia, kematian mendadak ikan dan siput dalam jumlah banyak dan terjadi secara terus menerus selama beberapa hari, cukup membingungkan. Kondisi inilah yang mendorong perlunya uji laboratorium dari semua sampel yang dikumpulkan. Termasuk menganalisa beberapa aspek dan fenomena alam yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!