27.3 C
Jakarta

Mensos Jenguk Polisi Korban Penusukan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menjenguk dua orang polisi yang diserang di Masjid Falatehan, Jakarta, Senin (3/7).

Dua orang polisi yang menjadi korban penusukan bernama AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful Bachtiar. Keduanya ditusuk seorang pria tak dikenal di Masjid Falatehan sekitar pukul 19.40 WIB saat keduanya tengah berdo’a selesei menjalankan ibadah shalat Isya pada tanggal 30 juni.

“Alhamdulillah kondisi kedua sudah jauh lebih baik. Saat ini lagi tahap pemulihan. Mudah-mudahan dalam waktu dekat segera bisa kembali ke tengah-tengah keluarga, dan segera bertugas kembali” terang Khofifah.

Selain menjenguk dua anggota Brimob korban penusukan, Khofifah juga menyambangi korban bom Kampung Melayu, Bripda Yogi yang juga dirawat di gedung yang sama. Kepada seluruh korban, Khofifah memberikan bingkisan serta bantuan masing-masing senilai Rp5 juta.

Khofifah mengutuk dan menyesalkan aksi penyerangan yang dilakukan pelaku kepada anggota kepolisian yang tengah bertugas dan tengah berdo’a selesai sholat. Penyerangan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Islam sekaligus nilai kemanusiaan.

Secara khusus, Ia juga meminta Polri untuk menyelidiki kasus tersebut hingga terkuak jaringannya , serta mengumpulkan semua bukti, termasuk keterlibatan pihak lainnya.

“Bukan tidak mungkin pelaku adalah bagian dari jejaring terorisme yang jauh lebih besar. Karenanya harus diusut tuntas motif pelaku hingga ke akarnya.

Diungkapkan Khofifah, kejadian tersebut harus menjadi refleksi dan bahan perenungan bersama dalam memaknai keberagaman di Indonesia. Menurutnya, apa yang terjadi tersebut antara lain akibat kurang intensifnya komunikasi internal umat beragama, antar umat beragama, dan antara tokoh beragama dengan pemerintah.

Sumbatan inilah, lanjut Khofifah, yang harus dihilangkan. Utamanya komunikasi internal umat beragama. Ruang-ruang dialog dalam menyamakan persepsi dan tujuan beragama harus dibuka. Egoisitas antar kelompok, golongan, maupun sekte dalam satu agama harus pula diminimalisir bahkan dihilangkan.

“Dengan demikian terbangun satu pemikiran yang sama terhadap satu hal. Masa orang sedang menunaikan Shalat Isya, dzikir, dan berdoa dibilang kafir dan thagut. Saya kira ini akibat pemahaman keagamaan yang salah dan tidak kaffah ,” imbuhnya.

Oleh karena itu, ia berharap ummat Islam dan ummat beragama lainnya secara cerdas mampu memilah dan memilih sumber referensi atau guru saat hendak mempelajari Agama. Mengingat efek yang ditimbulkan sangat berat jika salah memilih tempat belajar.

Khofifah juga berpesan agar ummat Islam Indonesia mewaspadai gerakan keagamaan transnasional di Tanah Air yang secara nyata ingin mengganti bentuk dan dasar negara Pancasila. Menurutnya, dalam perkembangannya kehadiran dan eksistensi gerakan ini semakin kuat dan signifikan.

“Mereka ingin membangun khilafah di Indonesia dan ingin mengganti Pancasila. Pendekatan yang dilakukan cukup massif antara lain lewat dunia pendidikan. Tidak hanya melakukan infiltrasi ideologis di kampus, mereka juga mulai menyasar siswa SD hingga SMA. Ancaman ini sudah didepan mata,” tuturnya.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!