33.9 C
Jakarta

Muhammadiyah dan Peradaban Dunia Islam

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Dunia alam nyata pada umumnya dipandang oleh manusia penuh misteri, lebih-lebih sesuatu yang tidak muncul dipermukaan atau belum terjadi. Termasuk kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan manusia di berbagai belahan dunia, berbagai suku, etnis, ras dan kebangsaan dan kelompok-kelompok manusia yang hidup di atas muka bumi alam semesta. Secara natural, sebagai mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya sesama manusia berdasarkan kebutuhan dan kepentingannya. Salah satu kebutuhan individu manusia untuk berkelompok (berkoloni) karena kesamaan fisik jasadiyah, keagamaan ruhaniyah, dan juga dalam kesamaan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan lainnya yang sama seperti tuntutan kepentingan sosial-politik, sosial-ekonomi, sosial hukum dan agama. Akumulasi kepentingan yang sama, maka lahirlah kelompok-kelompok masyarakat yang lebih besar sehingga membentuk sebuah entitas sosial, bangsa dan negara.

Sejak lahirnya generasi manusia dari periode ke periode hingga membentuk kelompok manusia dalam satu teritorial yang dihuni, lama-lama bermetamorfosa menjadi berbagai entitas sosial dan suku bangsa. Hukum alam semesta berlaku, bemula dari kepentingan dan tujuan masing-masing pada akhirnya membuat koloni dan aliansi untuk memenuhi kepentingannya dan mencapai tujuannya. Bahkan, demi untuk menuju tercapainya hal tersebut pada saat-saat tertentu sifat-sifat kemanusiaan muncul, biasanya perilaku keserakahan mendorongnya untuk berbuat tindakan keluar dari kaidah alam sehingga terjadi saling berselisih dan berujung pertikaian saling serang fisik. Begitulah perjalanan hidup manusia dari generasi ke generasi dalam kurun waktu dari masa ke masa. Dinamika kehidupan dunia terletak pada ide dan gagasan manusia dalam karya dan ciptanya, masa pencerahan umat muslim di abad pertengahan kala itu banyak ilmuwan muslim pembaharu dunia. Sebut saja Ibnu Sina yang memberi kalimat motivasi yang penuh makna, “Saya memilih umur pendek tapi penuh makna dan karya, daripada umur panjang yang hampa”. Artinya dalam konteks kekinian maksud kalimat tersebut bahwa hidup kita bermakna penuh arti manakala banyak karya cipta yang bermanfaat banyak orang.

Dunia pun tanpa hampa saat manusia hanya sekedar hidup, hewan juga hidup apa bedanya. Sehingga dinamika dunia ada di tangan manusia yang berpikir kreatif dan inovatif, tidak semata-mata Allah Ta’ala mencipta alam semesta kecuali untuk diungkap apa dibalik ciptaan-Nya tersebut. Seorang ilmuwan sufistik berkata, Hikmah Tuhan menciptakan dunia supaya segala sesuatu yang ada dalam pengetahuan-Nya menjadi tersingkap. Ungkapan Jalaludin Rumi tersebut memberi penegasan bahwa manusia harus berusaha keras menyingkap segala apa yang ada di alam semesta yang dicipta Allah Ta’ala benar-benar dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Baik Ibnu Sina maupun Jalaludin Rumi, mereka seorang muslim hidup di abad pertengahan telah mewarnai peradaban dunia. Selain mereka berdua banyak juga yang lainnya melakukan hal sama telah berkontribusi banyak terhadap peradaban dunia yang dibangun oleh pemikiran-pemikiran brilian berbagai macam varian disiplin ilmu pengetahuan. Kemajuan pemikiran Islam mencatat sejarah dunia, di abad pertengahan masa keemasan hasil karya pemikir muslim menjadi kiblat manusia di belahan dunia kala itu.

Bagaimana hari ini dunia Islam di belahan peta dunia? Agak sulit nampaknya mengurai kusutnya peradaban dunia pasca bergesernya abad pertengahan ke abad pencerahan atau dikenal bahasa lain yaitu masa abad renaissance. Sejak para ilmuwan Eropa di barat, salah satu filosof terkenal Rene Descartes memberi harapan baru bagi warga barat kala itu. Terkenal dengan “cogito ergosum” menjadi spirit baru pembaharuan pemikiran di barat untuk mengambil peradaban baru di Eropa atau barat. Hal itu benar dan terbukti, bangsa Eropa mengambil alih peradaban, termasuk Emanuel Kant dari Jerman ikut berpartisipasi memberi kontribusi kemajuan ilmu pengetahuan sebagai sumber pusat peradaban dunia. Diakui atau tidak, sejak itu pula berbanding terbalik dengan peradaban dunia Islam justru mengalami kegelapan atau kemunduran, hal itu disebabkan umat muslim terlena dan merasa sudah cukup dengan keemasan masa di abad pertengahan yang ditorehkan ilmuwan atau filosof muslim. Padahal, pemikiran itu dinamis akan terus berkembang sesuai tuntutan kehidupan dunia nyata. Sehingga ilmu pengetahuan pun harus ikut dinamis, tidak boleh berhenti dengan cipta karya yang sudah ada, melainkan senantiasa dikembangkan sesuai kebutuhan realita alam semesta.

Satu abad berlalu, Muhammadiyah berjalan di abad kedua ini selain banyak tantangan yang dihadapi melainkan tidak sedikit perkerjaan rumah yang belum terselesaikan di abad pertama. Dengan seluruh kekuatan yang dimiliki, gerak laju langkah yang disepakati dan setujui warga persyarikatan berharap dapat dicapai sesuai tahapannya. Memang tidak mudah mencapai target, namun juga bukan sesuatu yang mustahil ketercapaian tujuan dan cita-cita di dunia selama ada kesungguhan. Toh, buktinya sejak saat KH. A. Dahlan mendeklarasikan Muhammadiyah hingga kini banyak target-target yang tercapai dengan gemilang, khususnya program keumatan berbasis kemanusiaan. Karya pemikiranya telah menjadi catatan sejarah dunia pendidikan, baik sekolah maupun pesantren. Bahkan, beliau tidak berhenti pada pada dunia pendidikan sebagai basis keilmuan yang dimiliki oleh dirinya melainkan dunia kesehatan dan kesejahteraan pun tak terlewatkan. Kegemilangan karya pemikiran telah menghantarkan dirinya menjadi tokoh berpengaruh di Asia, juga dinobatkan pahlawan Nasional. Belum lama di akhir abad ke satu perjalanan Muhammadiyah saat dalam momentum konperensi Internasional, bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi sosial terbesar di dunia dalam pengelolaan amal usaha milik organisasi the largest in the world.

Pantas dan layak Muhammadiyah mendapatkan pujian tersebut karena memang fakta dan realitanya dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, sebagai warga persyarikatan Muhammadiyah tidak boleh berhenti disitu, apalagi hanya bangga jumawa. Dikhawatirkan mengalami hal sama saat terpuruknya pasca abad pertengahan hingga kini peradaban muslim mengalami kegelapan. Begitupun Muhammadiyah di abad kesatu mengalami kemajuan, namun saat berjalan masuk di abad kedua jangan sampai terjadi keterpurukan dan kemunduran. Hal itu sempat diperingatkan oleh tulisan cukup kritis yang membuat diksi “Muhammadiyah berkemunduran” , sangat mungkin jikalau warga persyarikatan merasa cukup yang ada akan mengalami apa yang terjadi generasi muslim pasca abad petengahan. Artinya warga Muhammadiyah baik itu pimpinan ataupun anggota harus terus membuka ruang wacana keilmuan yang kritis konstruktif, menghindari budaya-budaya keterkungkungan dan kejumudan kebebasan berpikir, serta cerdas memberi apresiasi hasil karya kader sekalipun kecil dan sederahana, apalagi karya besar untuk membangun kemajuan persyarikatan Muhammadiyah ke depan.

Posisi Muhammadiyah di abad kedua ini sangat-sangat strategis, dapat dipastikan di belahan dunia ini tidak ada komunitas dan entitas independen sebesar Muhammadiyah yang memiliki kekuatan infrastruktur sumber daya manusia berbagai latar belakang keilmuan. Ketersebaran domisili para ahli dan pakar menjadi modal kekuatan Muhammadiyah membangun peradaban dunia untuk mengembalikan peradaban Muslim yang mengalami kegelapan. Kita harus jujur dan mengakui bahwa dalam beberapa abad ke belakang, seluruh muslim seluruh dunia berkiblat peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi ke barat atau Eropa. Apalagi Indonesia, semua sistem kehidupan masyarakat bangsa dan negara hampir dipastikan berkiblat ke dunia barat, sampai-sampai hal-hal terkecil pun mengikuti barat sehingga saking baratisme ada kesadaran dengan ancaman “westernisasi” yang ugal-ugalan tanpa kaidah dan arah agama yang dianut, seperti hedonisme, pragmatisme dan materialisme yang membuat orang tergila-gila. Tanpa disadari sendi-sendi kehidupan tersebut membentuk karakter keumatan dan kebangsaan yang sekularis.

Muhammadiyah segera untuk menyempurnakan gerakan keilmuan menjadi ruh arus utama pembangunan peradaban dunia, gerak lajunya jangan dikotori oleh sikap-sikap bertentangan dengan substansi moral, etika dan ahlak. Ritme dinamika organisasi tidak dimonopoli segelintir orang yang merasa dirinya paling berhak bermuhammadiyah. Estetika gerakan juga perlu diperhalus dengan sendi-sendi dunia seni sebagai pengawal rasa dan perasaan, kalkulasi matematis benar-benar atas dasar algoritma yang jelas dan terukur, aplikasi-aplikasi yang dikembangkan berbasis kebutuhan masa depan sehingga tidak cepat usang dan hangus terbakar oleh masa. Repositioning eksistensi organisasi dibuat atas dasar kebijakan strategis, kolaborasi sistem sosial dan politik terbuka dengan berbagai pihak baik didalam negeri maupun juga luar negeri agar gerakan terbangun dengan pola dan model yang mampu membuka ruang dialog yang konstruktif. Muhammadiyah sangat mampu memulihkan abad keemasan masa silam dengan karakater gerakan Islam maju dan memajukan serta mensejahterakan pemguhuni alam semesta raya. Wallahu’alam.

Bandung, Nopember 2023

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!