26 C
Jakarta

Muhammadiyah Jawa Barat, Mencerahkan dan Memberdayakan

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COMMuhammadiyah salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, kontribusi pada bangsa dan negara tidak diragukan. Bukti nyata, pergerakan Muhammadiyah banyak melahirkan berbagai gagasan yang sudah menjelma menjadi pilar bangsa dan negara, sehingga secara faktual menjadi bagian dari tubuh bangsa Indonesia. Bermuhammadiyah sama dengan berbangsa dan bernegara, baik di tingkat pemerintahan pusat maupun di tingkat wilayah propinsi, dan juga hingga level pemerintah tingkat bawah. Sejak pasca muktamar Muhammadiyah digelar di Solo, para aktifis di wilayah masing-masing berlanjut menggelar musyawarah wilayah. Lebih dari 5 (lima) wilayah sudah memiliki pemimpin baru pada kepemimpinan Muhammadiyah periode berikutnya. Yang paling pertama pimpinan Muhammadiyah Jawa Timur dan Sumatera Selatan.

Untuk Jawa Barat, rencana digelar di komplek kampus Muhammadiyah Cirebon. Sebagai salah satu kader Muhammadiyah Jawa Barat, baik atas nama pribadi atau pun sebagai salah satu pimpinan di daerah sangat berharap permusyawaratan dapat berlangsung khidmat penuh manfaat. Banyak catatan bagi pergerakan Muhammadiyah Jawa Barat, sejak berdiri Muhammadiyah di Garut dengan sosok tokoh kunci seorang asudagar batik H. Djamhari pada 30 Nopember 1923 M, dan usianya terbilang sudah cukup tua perjalanan Muhammadiyah di Jawa Barat seharusnya lebih maju dari wilayah atau daerah lainnya. Hampir satu abad kehadiran Muhammadiyah hadir di tatar Sunda, perjalanannya pasti melelahkan yang membahagaikan baik suka maupun duka.

Pergerakan Muhammadiyah di Jawa Barat secara otomatis menjadi gerakan Islam itu sendiri, pasalnya substansi gerakan Muhammamdiyah benar-benar menjalankan syari’at Islam dengan model dan pola yang baru di zamannya. Transformasi Islam bernuansa animisme ataupun dinamisme menjadi Islam mencerahkan, saat awal menyebar mengganggu faham Islam yang sudah berjalan dan berlaku menjadi pranata sosial Islam di nusantara. Bahkan, awal-awal kehadiaranya mengganggu eksistensi pemerintahan Hindia Belanda. Namun, saat itu Muhammadiyah meyakinkan secara politis kepada mereka bahwa Muhammadiyah adalah gerakan sosial kemasyarakatan, bukan gerakan politik kekuasaan.

Usia yang sudah satu abad, Muhammadiyah hadir di tatar Sunda menunjukan eksistensinya cukup kuat bertahan sekalipun penyebaran gerakan dakwahnya sudah berusaha maksimal. Di sisi lain, sebagai aktifis persyarikatan merasa iri kepada wilayah dan daerah lain khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah mereka melesat jauh lebih maju. Padahal, mereka dihimpit dengan tradisi keberagamaan yang sangat-sangat tradisional, boleh dibilang faham Islam yang sangat minoritas. Khusus Muhammadiyah Jawa Barat, kota Bandung sebagai pusat peradaban kota provinsi faktanya jauh dari semestinya. Terkenal kota pendidikan di Indonesia, dan juga Bandung sebagai Paris Van Java seharusnya lebih cepat bertransformasi faham Islam yang mencerahkan dan memberdayakan. Dan itu ditunjukan dengan geliat berbagai amal usaha yang mensejahterakan warga persyarikatan dan umumnya masyarakat Jawa Barat.

Momentum musywil Muhammadiyah Jawa Barat tahun ini, program Majelis dan lembaga benar-benar melakukan integrasi program dalam wujud kegiatan yang produktif bernilai pragmatis dan strategis. Kolaborasi berbagai instansi di akselerasi, komunikasi berbagai pihak stakeholders yang bersedia bermitra take and give. Bahkan akan semakin hebat dan kuat manakala seluruh kekuatan jaringan sosial, ekonomi dan politik yang terkoneksi dengan Muhammadiyah di Jawa Barat. Sangat yakin, ketika bicara potensi dan kekuatan Muhammadiyah di Jawa Barat tidak disanksikan. Hanya untuk menjelmakan menjadi sesuatu wujud gerakan pembaharuan (tajdid) dan kepeloporan (qudwah) meretas tembok-tembok kebuntuan yang sudah menjadi sistem kebodohan masyarakat pada umumnya. Sehingga tanpa disadari, semua ada dalam genggaman segelintir kekuatan ekonomi kapitalis lokal hingga global.

Pertanyaan berikutnya, siapa yang bertanggungjawab 1). Menggerakkan seluruh komponen yang berada di lingkungan struktur pimpinan setiap level, penyelenggara amal usaha, dan aktifis angkatan muda Muhammadiyah; 2). Memperbaharui segala hal ihwal isu-isu faktual dan strategis menjadi kekuatan Muhammadiyah untuk lebih adaptif terhadap kebutuhan persyarikatan, hak tersebut wajib diantisipasi karena isu-isu tersebut tetap menjadi sumbu perubahan sosial kemasyarakatan; 3). Mencerahkan alam semesta, bak matahari menyinari. Hal ini ketika sebagai aktifis persyarikatan berusaha untuk berperan dan berkontribusi karya yang memberi sinar harapan dan asa yang menjelama menjadi sebuah entitas-entitas kecil yang memperkuat gerakan amar makruf nahi munkar. 4). Memberdayakan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam milik persyarikatan. Sehingga tidak ada aset Muhammadiyah terbengkalai dan terabaikan.

Berbagai pakar dan ahli di bidangnya, warga Muhammadiyah relatif tidak kekuarangan, bahkan sebenarnya melimpah apabila pergerakan Muhammadiyah Jawa Barat lebih terbuka dan kaderisasi berjalan semestinya. Termasuk sistem kepemimpinan persyarikatan harus ada dinamisasi dan regenerasi kepemimpinan berjalan dengan baik dan benar. Karena salah satu pintu terbukanya untuk menjaring sumber daya manusi berbagai pakar dan ahli di bidang tertentu. Pun sama, ketika ada harapan terjadinya akselerasi pembaharuan dan kemajuan Muhammadiyah Jawa Barat harus memiliki daya saing tinggi. Wallahu’ alam.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!