27.8 C
Jakarta

Perusahaan Perlu Menerapkan Prinsip SDGs Sebagai Inti Bisnis

Baca Juga:

DENPASAR, MENARA62.COM – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan perusahaan besar di Indonesia tidak bisa lagi hanya berfokus pada laba atau profit berbasis efisiensi. Kini perusahaan besar perlu berfokus pada laba atau profit jangka panjang dengan memasukkan prinsip Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan bukan sebagai upaya corporate social responsibility (CSR), melainkan sebagai inti bisnis.

“Sustainable profit (laba berkelanjutan) hanya bisa tercipta kalau perusahaan punya model bisnis yang kompetitif, yang istilahnya bisa bersaing dalam segala zaman. Bagaimana caranya profit perusahaan bisa bertahan dalam zaman yang berubah-ubah ini? Kuncinya adalah perusahaan tidak bisa lagi hanya menekankan pada efisiensi,” ungkap Menteri Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara pada Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2019 dan The Fourth Sustainability Practitioner Conference (SPC) yang diadakan oleh National Center for Sustainability Reporting (NCSR) di Hotel Westin Resort, Nusa Dua, Bali pada Sabtu (23/11).

Dalam siaran persnya, Menristek/Kepala BRIN mengungkapkan efisiensi tetap mendukung perusahaan menjadi kompetitif selama perusahaan mengikuti inovasi dan teknologi yang berkembang.

“Kalau perusahaan bisa menerapkan efisiensi, hasil akhirnya akan menjadi kuat. Profit akan menjadi tinggi, tetapi jangan lupa efisiensi hanya bisa dilakukan kalau perusahaan adaptif terhadap perkembangan zaman,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Bambang Brodjonegoro mengatakan salah satu bentuk adaptasi terhadap inovasi adalah dengan tidak mengikuti inovasi dan teknologi secara pasif, tapi lebih lanjut menjadi leader atau pemimpin inovasi.

“Saya mendorong perusahaan yang besar untuk tidak hanya membeli lisensi dari pihak lain atau bergantung pada teknologi impor. Memang teknologi itu bukan hal gampang, tapi kalau kita ingin jadi pemenang, jadi kompetitif, kita harus memasteri teknologinya. Lebih baik lagi kalau kita membuat teknologinya. Artinya jangan pernah menjadi follower, berusahalah menjadi leader. Itu resep untuk profit masa depan,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Selain aspek inovasi, Bambang Brodjonegoro juga menyoroti aspek lingkungan sebagai bagian kunci dalam SDGs. Bambang mengungkapkan limbah perlu diolah bukan dengan upaya CSR, namun dalam upaya memproduksi energi baru. Dengan demikian, perusahaan dapat mendapatkan nilai tambah sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

“Di beberapa bagian Indonesia, limbah cair dari minyak sawit sekarang menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik tenaga biomassa. Di pembangkit lain, limbah kayu bisa menjadi sumber energi utama untuk biomassa,” ungkap Menristek/Kepala BRIN.

Dalam kesempatan ini, National Center for Sustainability Report (NCSR) memberikan Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2019 sebagai rating atau pemeringkatan bagi perusahaan Indonesia dan negara Asia lain yang konsisten melaksanakan SDGs dalam core business atau proses bisnis mereka. ASRRAT tahun ini mencakul 41 perusahaan dan organisasi Indonesia, 3 perusahaan Malaysia, 2 perusahaan Singapura, 2 perusahaan Filipina, dan 2 perusahaan Bangladesh.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!