34 C
Jakarta

Secercah Harapan Bagi Penyintas Semeru Dari Muhammadiyah

Baca Juga:

 

LUMAJANG, MENARA62.COM – Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru yang terjadi Desember tahun lalu masih menyisakan duka. Banyak di antara para penyintas yang belum memiliki tempat tinggal akibat rumah mereka hancur. Duka ini pun mendapatkan respon dari Muhammadiyah. Melalui MDMC dengan dukungan Lazismu, Muhammadiyah membangun huntara (hunian sementara) bagi para penyintas APG Gunung Semeru yang berlokasi di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.

Penanggung jawab pembangunan huntara milik Muhammadiyah, Priyo AS mengatakan, pembangunan huntara pasca APG Semeru yang terjadi akhir 2021 telah selesai dibangun untuk proses tahap pertama. Ia menyebutkan, Muhammadiyah masih akan membangun huntara untuk penyintas pada tahap berikutnya. “Muhammadiyah di tahap pertama ini menyediakan 40 hunian dari rencana 200 hunian sehingga kita masih memiliki 160 hunian yang akan diselesaikan di tahap berikutnya,”jelasnya.

Priyo yang juga merupakan spesialis pembangunan shelter MDMC ini menambahkan, salah satu pendukung utama pada pembangunan tahap pertama ini adalah sumbangan dari dari para pengusaha SPBU yang tergabung dalam HISWANA MIGAS untuk 23 unit huntara yang dananya dikelola oleh Lazismu dan sisanya dari donatur yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Dari 40 hunian yang telah selesai dikerjakan, 20 di antaranya per awal bulan Mei 2022 ini telah diserahterimakan kepada warga yang berasal dari Dusun Kajar Kuning dan Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro.

“Selama proses pembangunan ini penyitas kita libatkan dengan kontribusi melalui pembuatan batako. Material tersebut digunakan sebagai dinding dasar pembangunan huntara sehingga proses pemberdayaan serta pendayagunaan bagi penyintas berjalan sesuai yang kita harapkan,” ungkap Priyo.

Kegiatan pembangunan huntara ini, lanjut Priyo, adalah pengalaman pertama bagi banyak ormas/LSM yang terlibat, dengan proses pembangunan huntara dan huntap (hunian tetap) dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Konsep yang awalnya adalah rumah tumbuh akhirnya menjadi rumah pendamping atau hunian pelengkap bagi bangunan huntap. Keterlibatan relawan Muhammadiyah dalam proses pembangunan tidak hanya berasal dari Kabupaten Lumajang, tetapi juga dari luar daerah bahkan dari provinsi lain. Misalnya dari Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah yang menurunkan tiga tim secara bergantian dan juga relawan dari Kabupaten Pacitan.

“Target tahap kedua ini akan dimulai setelah seluruh proses serah terima ini selesai. Muhammadiyah akan melanjutkan di blok I dan blok J, serta menambah bangunan di atas lahan fasum (fasilitas umum). Di kompleks fasum ini rencananya akan berisi bangunan ibadah, pendidikan, sosial, serta ekonomi. Diharapkan pertengahan Juni akan dimulai sembari menunggu kesiapan lahan seluas tiga ribu meter persegi,” pungkas Priyo.

Kehadiran huntara ini sangat besar artinya bagi warga penerima manfaat, salah satunya adalah Sidik. Warga Dusun Kajar Kuning yang rumahnya hancur akibat tertimbun material abu vulkanik ini menceritakan, saat kejadian, ia hanya bisa menyelamatkan diri tanpa sempat membawa harta benda selain baju yang melekat di badan. “Alhamdulilah nyawa saya dan keluarga masih selamat, masalah harta masih bisa dicari lagi,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

Sidik yang berprofesi sebagai penambang pasir ini kemudian sempat berpindah-pindah selama di pengungsian, sampai akhirnya harus menetap di tenda selama lima bulan. “Alhamdulilah ketika akhir Ramadhan kemarin kami mendapatkan jatah untuk menempati rumah baru yang dibangun oleh pemerintah dan Lazismu. Terima kasih banyak para donatur yang telah membantu kami, mudah-mudahan ini menjadi ladang pahala dan mohon doanya mudah-mudahan dengan rumah baru ini kami bisa segera bangkit dari segi ekonomi serta dari trauma yang selama ini kami rasakan,” harapnya.

Tim Lazismu bersama penyintas di dalam Huntara

Kebahagiaan juga dirasakan oleh Slamet Efendi saat ditemui oleh tim Lazismu Kabupaten Lumajang pada Kamis (12/05). Saat menempati hunian baru bertepatan dengan satu hari sebelum Idul Fitri, Slamet menyampaikan bahwa saat takbir berkumandang, ia dan keluarga masih sibuk memindahkan barang dari tempat pengungsian ke huntara tersebut. “Rasa hati ini berkecamuk ketika suara takbir berkumandang, kok koyo ngene nasibku (kok nasib saya seperti ini),” ungkap Slamet.

Slamet juga mengucapkan rasa syukurnya dan bertekad untuk bangkit kembali menata hidup baru. “Alhamdulilah pak, saya dan keluarga berangsur bangkit untuk membenahi ekonomi kami. Ini saya juga mulai jualan pracangan dan membenahi lahan pertanian kami,” tutupnya.

[ Lazismu PP Muhammadiyah/Kuswantoro]
- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!