27.6 C
Jakarta

Rektor ITB AD: Pidato Presiden Masih Sumir

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Pidato kenegaraan Presiden Joko widodo pada Sidang Tahunan MPR RI, Senin (16/8/2021), masih sumir dan belum menukik pada inti persoalan struktural ekonomi yang menjadi janji presiden.

“Dalam pidato itu, Presiden bermaksud menggeser struktur ekonomi yang selama ini selalu ditopang sektor konsumsi menjadi sektor investasi terutama investasi asing,” Dr Mukhaer Pakkana, Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, ketika dimintakan tanggapan terkait pidato Presiden dalam pengantar nota keuangan dan RAPBN 2022 pada rapat Paripurna DPR RI di Jakarta.

Di sini terlihat kebijakan liberalisasi ekonomi menjadi prime mover ekonomi pemerintah. Makanya UU Cipta Kerja dan segala regulasi turunannya harus terus di gas dan dikebut di lapangan. Karena sektor itu yang menjadi harapan di tengah pandemi.

“Padahal kalau ingin menguatkan struktur ekonomi, bukan semata sektor investasi. Investasi ini sesungguhnya bermata ganas. Bisa membantu sekaligus mengkolonialisasi bangsa,” ujarnya.

Sejatinya, menurut Mukhaer, investasi asing itu dalam jangka panjang memantik tingkat repatriasi dana yang keluar negeri jauh lebih besar. Terjadi the cost of colonialsm.

Kalau Presiden ingin membangun struktur ekonomi seperti yang diucapkan dalam Pidato Tahunan itu, maka pondasi kekuatan ekonomi domestik berbasis ekonomi rakyat jauh lebih penting.

“Bagaimana mungkin membangun kekuatan ekonomi lokal, jika keran laju importasi dibuka lebar-lebar. Produk pangan, pertanian, produk industri usaha mikro kecil, dan lain-lainnya, semakin tergusur tanpa pemihakan yang berarti,” ujarnya.

Bahkan, menurut Mukhaer, dengan dalih bisnis berbasis ekonomi digital, justru produk lokal milik rakyat kalah bersaing dalam ekosistem platform e-commerce. Usaha rakyat kurang mendapatkan advokasi dan proteksi. Dibiarkan liar tanpa pembelaan. Kalaupun dibela, kebanyakan kebijakan kosmetik.

Itu sebabnya, pada masa pandemi disaat platform e-commerce mendapatkan sorganya, justru ekonomi rakyat terutama produk rakyat kurang terangkut dalam ekosistem itu. Kalaupun meningkat, akselerasinya tertatih-tatih dibanding produk asing yang ada dalam ekosistem platform itu.

“Kadang kita tidak adil memandang dan memperlakukan produksi usaha mikro kecil di pasar,” ujarnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!