YOGYAKARTA, MENARA62.COM – Baru-baru ini sebuah studi menemukan hampir sepertiga atau 31% dari populasi orang dewasa di dunia, yakni sebanyak 1,8 miliar orang dewasa tidak aktif secara fisik. Artinya mereka tidak memenuhi rekomendasi global untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang selama 150 menit per minggu. Jika tren ini terus berlanjut, proporsi orang dewasa yang tidak memenuhi tingkat aktivitas fisik, akan meningkat menjadi 35% pada tahun 2030.
Fakta ini disampaikan oleh Dr. dr. Rachmah Laksmi Ambardini, M.Kes. dalam Workshop Peningkatan Aktivitas Jasmani dan Mengurangi Perilaku Sedenter pada Siswa Sekolah Dasar Muhammadiyah, pada Rabu (10/7/2024) di Amphitheater A Fakultas Kedokteran Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Rachmah Laksmi Ambardini atau biasa disebut Dini merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam workshop tersebut Dini memaparkan materi dampak buruk perilaku sedenter terhadap kesehatan fisik, fungsi kognitif, dan kesehatan mental.
“Kurangnya aktivitas fisik merupakan kontribtor utama terhadap kelebihan berat badan dan kurangnya kebugaran fisik,” ungkap Dini.
Terdapat korelasi antara perilaku sedenter dan obesitas, terutama pada kelompok usia 6-11 tahun dan 12-19 tahun yang mengalami kenaikan tajam. Perilaku sedenter juga berdampak buruk pada postur tubuh.
“Perubahan postur tubuh yang buruk seperti perubahan postur kepala depan dan ketidakaktifan yang berkepanjangan menjadi alasan utama meningkatnya prevalensi nyeri punggung,” jelas Dini.
Studi menunjukkan bahwa postur tubuh yang buruk membuat orang menjadi lebih takut, tidak ramah, gugup, dan lamban, ini berkaitan dengan kesehatan mental penderita. Berkaitan dengan fungsi kognitif, sebuah studi pada gamer muda telah menemukan bahwa beberapa jam bermain game yang intens dapat menguras kemampuan fungsi kognitif.
“Korteks prefrontal otak adalah pusat komando fungsi kognitif. Di sinilah otak mengeksekusi rencana, memusatkan perhatian, dan menerapkan disiplin diri,” jelas Dini. (IAF).