YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Sebanyak 126 perwakilan dari enam negara bakal mengikuti International Conference on Islamic Economics and Financial Inclusion (ICIEFI), di Kampus Terpadu UMY, Selasa-Rabu (30-31/7/2019). Mereka berasal dari negara Inggris, Jepang, Taiwan, Philipina, Malaysia dan Indonesia.
Dr Imamudin Yuliadi, Ketua Program Studi (Kaprodi) Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FEB UMY) pada Technical Meeting ICIEFI di Kampus UMY, Senin (29/7/2019). Konferensi yang digelar keempat kalinya ini untuk menyikapi perkembangan ekonomi di era digital.
Dijelaskan Imamudin, semakin terbukanya akses kepada pasar dalam era digital, memudahkan transaksi ekonomi.. Sebab sirkulasi barang dan jasa telah dihubungkan dengan teknologi digital. Namun di sisi lain, mulai muncul cyber crime, money laundering, dan kejahatan ekonomi lainnya.
“Bagaimanapun era disrupsi, selain butuh inovasi juga mutlak perlu dipandu dengan etika. Ekonomi tidak bebas nilai, maka perlu pengarusutaam etika dan nilai keadilan berekonomi,” kata Imamudin Yuliadi.
Di Indonesia, lanjut Imamudin, transaksi fintech tumbuh 16.3% setahun dengan nominal USD 22,338 miliar (Fintech Report 2018). Saat ini, Indonesia memiliki populasi lebih dari 250 juta orang, penetrasi internet di atas 100 juta orang, pengguna aktif media sosial di atas 100 juta. Sedang pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil 5 persen per tahun. “Kondisi ini mendorong inovasi di bidang teknologi berkembang pesat. Karena itum diperlukan panduan nilai dan kebijakan yang memadahi,” kata Imamudin.
Sementara panitia ICIEFI 2019, Ahmad Ma’ruf mengatakan Prodi Ilmu Ekonomi UMY menggelar konferensi internasional mengenai ekonomi Islam dan Inklusi Keuangan ini sudah keempat kalinya. Tahun ini mengangkat tema mencari keseimbangan aspek inovasi dan aspek sustainabilitas.
“Tak bisa dipungkiri bahwa digitalisasi telah menjadi trend dan mentransformasi gaya hidup manusia. Keberadaan taksi Daring (dalam jaringan), berbagai lapak digital/marketplace dan teknologi finansial telah memberikan perubahan cara manusia berperilaku dalam berekonomi,” tandas Ma’ruf.
Panitia, kata Ma’ruf, mengharapkan kegiatan internasional ini menjadi media bertemunya para cendekia dari berbagai negara. Mereka diharapkan bisa berdiskusi untuk mencari solusi mengenai bagaimana menemukan keseimbangan di tengah pesatnya inovasi digital dan tetap menjaga sustainabilitas dalam bidang pembangunan.