27.8 C
Jakarta

Allah Dulu, Allah Lagi, Allah Terus

Baca Juga:

Oleh : Ashari, S.IP*

Tidak ada orang yang ingin hidupnya ditimpa kesialan. Kegagalan. Termasuk kematian itu ketika ditanyakan kepada kita, pasti jawaban kita: nanti dulu, besok saja, karena bekal belum banyak. Ada perasaan takut yang menggelayut saat kematian itu menohok hati kita. Namun anehnya untuk mencari bekal tersebut, terkesan kita santai. Seolah tidak mengira kalau perjalanan kita teramat jauh dan tanpa batas. Itulah kehidupan yang sejati. Hidup setelah mati.

Namun kapan datang kematian dan kesialan itu? Ternyata hanya milik Allah Swt. Ilmu yang kita punya sangat tidak sebanding dengan kepunyaan-Nya. Ilmu kita sangat sedikit. Dalam QS.Ibrahim ada 5 rahasia Allah yang ada dalam genggaman-Nya : Apa yang akan terjadi besok pagi, Kapan hujan turun, dari rahim ibu siapa seseorang akan dilahirkan dan kapan seseorang akan meninggal dan dimana ia meninggal.

Yang bisa dilakukan seseorang akan merencanakan. Namun ilmu kepastian ada di tangan-Nya. Contoh besok apa yang akan kita lakukan, kita sering menuliskan dalam secarik kertas, tentang rencana-rencana, lengkap dengan waktu yang menyertainya. Namanya planning. Boleh kita rencanakan aktivitas kita dengan rigit, namun kita tidak akan pernah tahu, apa yang akan terjadi esok hari. Ketika kita rencanakan besok pagi jam 06.30 kita berangkat kerja, jam.07.00 dhuha jam 12.30 pulang dan seterusnya. Hingga malam hari. Namun tanpa kita sadari, motor yang akan kita pakai bocor, maka kita harus nambal ban terlebih dulu, bahkan karena tambalan ban terlalu banyak, maka ban harus kita ganti. Masih ditambah anak rewel, minta dibelikan mainan, sekolahnya tiba-tiba ngambek.

Dari studi kasus tersebut maka rencana yang sudah kita susun dengan seksama menjadi gagal karenanya. Kecewa? Boleh saja, namun sebaiknya jangan terlalu lama. Karena kita sudah mempunyai keyakinan dan keimanan bahwa semua terjadi karena kehendak Allah Swt.  Dengan prinsip Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus.

Takdir baik buruk juga milik-Nya. Apa yang terjadi kemarin, hari ini dan besok, jika kita beriman kepada-Nya adalah sesuatu yang terukur dalam pandangan-Nya. Karena Allah Swt sudah berjanji tidak akan pernah memberikan beban yang berat, jika kita tidak mampu memikulnya. Pasti kita kuat dalam takaran-Nya. (QS.Al-Baqarah:284-286). Ban kempes, anak rewel, kita menjadi terlambat bekerja, kalau kita sikapi dengan arif, semuanya memberikan pelajaran berharga dalam hidup. Ketika sesuatu yang kurang baik terjadi pada diri kita, maka ada baiknya kita jadikan bahan renungan/muhasabah untuk koreksi diri/keluarga.

Dengan demikian, sesungguhnya tidak ada kata putus asa dalam Islam. Tidak ada kamus bunuh diri sebagai solusi terakhir ketika kita mendapatkan masalah. Sebab Allah sudah berjanji apa yang terjadi pada diri, bukan karena Allah tidak sayang kepada hamba-Nya. Ada ujian, ada cobaan. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Termasuk ketika kita masih di masa pandemi Covid-19, yang masih serba sulit dan tidak menentu. Tidak ada alasan untuk berhenti berkarya. Berhenti bekerja. Menyalahkan keadaan, bukan tindakan solutif. Sebab bukan masalahnya yang berbahaya, tetapi sikap kita menghadapi masalah tersebut yang berbeda-beda. Ingat kesulitan selalu diapit oleh dua kemudahan (QS:Insyirah). Maka mari bersama kita tanamkan dalam hati kuat-kuat : Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Sekian

*Judul tulisan terinspirasi ceramah agama KH.Yusuf Mansyur)

*Penulis : Mengajar di SMP Muhammadiyah Turi Sleman DIY, Opini pribadi .

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!