SOLO, MENARA62.COM – Pembangunan berkelanjutan tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan struktur, tapi juga menuntut terobosan yang ramah lingkungan. Menjawab tantangan itu, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi mengukuhkan Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D. sebagai Guru Besar ke-61 Bidang Teknologi Bahan Konstruksi, Kamis (19/6).
Pengukuhan dua guru besar ini digelar dalam Sidang Terbuka Senat UMS di Auditorium Moh. Djazman. UMS mengukuhkan Prof. Eny Purwandari, S.Psi., M.Psi sebagai guru besar di bidang Psikologi Kesehatan Mental dan Prof. Ir. Mochamad Solikin, M.T., Ph.D di bidang Teknologi Bahan Konstruksi.
Dalam pidato ilmiahnya yang berjudul “Beton High Volume Fly Ash dengan Pemadatan Mandiri, Upaya Mewujudkan Pembangunan yang Lestari”, Solikin menyoroti besarnya jejak karbon dari industri beton.
Beton sendiri menyumbang sekitar 7 persen emisi karbon global, terutama dari produksi semen yang menjadi bahan pengikat utama. Sebagai solusi, dirinya menawarkan penggunaan fly ash sebagai material substitusi sebagian semen dalam campuran beton.
“Fly ash merupakan limbah hasil pembakaran batu bara yang kaya silika dan kini tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3,” jelasnya saat pidato pengukuhan, Kamis (19/6).
Berdasarkan pemaparan Solikin, Indonesia memproduksi sekitar 13 juta ton fly ash per tahun. Angka tersebut setara dengan potensi pengurangan kebutuhan semen nasional hingga 21 persen.
Teknologi High Volume Fly Ash Concrete (HVFA) yang dosen Teknik Sipil UMS itu kembangkan menggantikan hingga 50 persen komposisi semen. “Jadi, penerapan teknologi ini mampu menekan emisi sekaligus meningkatkan workability beton melalui bentuk partikel fly ash yang bulat dan halus,” sambung Solikin.
Beton berbasis fly ash sangat cocok untuk Self Compacting Concrete (SCC), yang tidak memerlukan alat getar saat dituangkan. Teknologi ini dinilai efisien, hemat energi, dan unggul dalam hal daya tahan jangka panjang.
Bersama tim di Pusat Studi Rekayasa Struktur UMS, Solikin telah menerapkan formulasi SCC ini ke dalam berbagai inovasi. Mulai dari genteng beton ringan berbasis styrofoam, plat lantai half slab, hingga dinding panel beton berongga dengan panjang maksimal 3,2 meter.
Rancangan tersebut telah diajukan sebagai paten dan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi. Uji slump flow, kekuatan tekan, dan daya tahan beton juga menunjukkan hasil yang memuaskan secara teknis dan ekologis.
Terakhir, Solikin menegaskan teknologi beton tidak boleh lepas dari isu lingkungan. “Insinyur masa kini harus membangun tanpa merusak, mencipta tanpa mencemari,” tutup dia.
Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin oleh Rektor UMS sekaligus Ketua Senat, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum. Acara turut dihadiri jajaran senat, pimpinan universitas, mahasiswa, kerabat, serta tamu undangan dari berbagai institusi.
Dengan bertambahnya dua guru besar ini, UMS kini telah memiliki 61 profesor. Torehan ini memperkuat komitmen kampus dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berdampak nyata bagi kemanusiaan, lingkungan, dan pembangunan bangsa. (*)