26.2 C
Jakarta

Insinyur Industri Wajib Miliki Inklusivitas dan Berorientasi Sosial

Baca Juga:

YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Insinyur Industri di masa depan tidak hanya ahli dalam merancang sistem yang efisien. Tetapi insinyur industri wajib bisa menjadi inklusif dan berorientasi sosial. Insinyur Industri wajib memiliki peran vital dalam menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan dampak terhadap manusia dan lingkungan. Otomatisasi bukanlah pengganti manusia, melainkan penguat peran manusia di era industri baru.

Prof Ir A Harits Nu’man, MT, PhD, IPU, Guru Besar Universitas Islam Bandung (Unisba) di Bidang Ilmu Teknik Industri mengemukakan hal tersebut pada Kuliah Pakar Program Studi (Prodi) Magister Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (MTI FTI UII), Rabu (30/4/2025). Kuliah Pakar mengangkat tema ‘Teknik Industri di Era Kecerdasan Buatan dan Sistem Otonom(Autonomous).’ Kuliah Pakar dilaksanakan secara hybrid agar bisa diikuti mahasiswa yang tidak bisa hadir ke Kampus FTI UII.

Harits Nu’man menjelaskan dunia teknik industri tengah mengalami transformasi besar seiring dengan semakin masifnya integrasi teknologi canggih dalam proses produksi dan operasional. Artificial Intelligence (AI) dan Sistem Otonom, telah merevolusi cara industri bekerja. Dua teknologi tersebut telah menjadikan proses produksi lebih cerdas, efisien, dan adaptif.

Artificial Intelligence, kata Harits Nu’man, memungkinkan sistem komputer untuk meniru kemampuan kognitif manusia seperti pembelajaran dan pengambilan keputusan. Sedang Sistem Otonom memungkinkan entitas bekerja secara mandiri tanpa intervensi manusia.

“Sinergi antara keduanya membawa dampak signifikan bagi sektor industri, khususnya dalam hal otomatisasi yang lebih canggih, peningkatan produktivitas, kualitas output, dan fleksibilitas operasional,” kata Harits Nu’man yang juga Wakil Rektor 1 Unisba.

Lebih lanjut Harits Nu’man, menjelaskan AI dan Sistem Otonom menawarkan solusi melalui kemampuan analisis big data untuk prediksi dan pengambilan keputusan cepat, serta otomatisasi yang mampu mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia dan meningkatkan keselamatan kerja.

Menurut Harits Nu’man, penerapan dua teknologi di sektor manufaktur untuk pemeliharaan prediktif dan perencanaan produksi. Hasilnya, waktu henti produksi (downtime) menurun, dan throughput meningkat secara signifikan. “Selain itu, robot-robot yang bekerja secara otonom kini mampu menangani tugas-tugas seperti perakitan, pengelasan, pengepakan, hingga pengangkutan barang, sehingga perusahaan mampu memangkas biaya tenaga kerja dan meningkatkan konsistensi produk,” katanya.

Selain itu, kemajuan teknologi lain, seperti komputasi awan (cloud computing), Internet of Things (IoT), serta penggunaan sensor pintar dan analisis data real-time, turut mempercepat proses implementasi AI dan Sistem Ootonom di lini produksi. Namun, menurut Harits Nu’man transformasi teknologi ini masih banyak tantangan dan ini menjadi peluang bagi insinyur teknik industri.

“Kompleksitas integrasi sistem, isu keamanan dan etika data, hingga kebutuhan tenaga kerja dengan kompetensi digital tinggi menjadi perhatian utama. Di samping itu, faktor sosial seperti penerimaan masyarakat, regulasi, dan standar industri juga menjadi aspek penting dalam proses transformasi ini,” kata Harits Nu’man.

Sementara Ir Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM, Asean Eng, Ketua Program Studi Magister Teknik Industri FTI UII mengatakan Kuliah Pakar dimaksudkan upaya untuk memperkaya wawasan dan keilmuan mahasiswa. Kuliah Pakar dilaksanakan rutin, dengan menghadirkan para praktisi, akademisi, dan pakar di bidangnya untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, serta perkembangan terkini dalam dunia industri dan teknologi.

“Kehadiran narasumber eksternal diharapkan mampu memberikan perspektif baru yang melengkapi materi perkuliahan reguler, sekaligus menjembatani antara teori dan praktik nyata di lapangan,” kata Winda Nur Cahyo.

Menurut Winda, Kuliah Pakar tidak hanya menjadi sarana pembelajaran tambahan, tetapi juga sebagai ajang inspirasi bagi mahasiswa dalam menyiapkan diri menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis. Dengan berbagai topik relevan dan aplikatif, kegiatan ini memberikan nilai tambah bagi proses pembelajaran serta mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis, adaptif, dan inovatif.

“Program Studi MTI FTI UII berharap pelaksanaan Kuliah Pakar ini dapat terus menjadi bagian penting dalam membentuk lulusan yang unggul, kompeten, dan siap bersaing di era transformasi digital,” harap Winda. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!