31.3 C
Jakarta

Peringatan Milad 85 Tahun Buya Syafii Ma’arif

Kemerdekaan berfikir, berpendapat dan bersikap tampaknya sudah punah dari orang-orang Minang

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — Peringatan 85 tahun Buya Syafii, “Buya Syafii di Mata Tokoh Minang” yang digelar Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah-Jaringan Islam Berkemajuan pada Senin (1/6/2020) malam, memunculkan percikan pemikiran Buya Syafii Ma’arif, tokoh senior Muhammadiyah. Selain pemikiran, sikap kesederhanaan dan keteladanan Buya Syafii banyak memberikan inspirasi bagi generasi muda dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Endang Tirtana peneliti senior Ma’arif Institute mengaku, tahun 2000-an mulai mengenal Buya Syafii Ma’arif. Ia melihat Buya Syafii sebagai sosok sederhana dan memiliki sikap tidak mau merepotkan dan dilayani. Sikap itu, menurut Endang, diperlihatkan Buya tanpa basa-basi.

“Ini sikap langka yang ditemukan diantara tokoh elit di Indonesia saat ini,” ujarnya.

Ketika tahun 2006 mulai bergabung di Ma’arif Institute, Endang mengaku, baru mulai mengenal sikap egaliter Buya Syafii dari dekat. Selain itu, Endang mengatakan, warisan budaya Minang sangat lekat dalam diri Buya Syafii, ditengah kerisauannya soal budaya Minang saat ini.

“Minang yang dulunya sering memunculkan warisan intelektual dimasa lalu, saat ini sudah hampir tidak ada lagi. Mungkin warisan leluhur mulai hancur, karena kemerdekaan berfikir, berpendapat dan bersikap tampaknya sudah punah dari orang-orang Minang. Kepunahan itu terjadi karena mereka menjadikan kekuasaan dan pragmatisme sebagai tujuan,” ujar Endang menceritakan tentang pemikiran Buya Syafii.

Endang mengatakan, kebesaran Minang masa lalu seringkali sekarang menjadi mirip mitologi yang cukup meresahkan. “Minang ideal itu dapat dilihat dari pemikiran Buya Syafii Ma’arif termasuk sikap kesederhanaannya,” ujarnya.

Edriana Noerdin mengatakan, Buya Syafii sebagai negarawan dengan perjuangan politik kejujuran dan non aliran, memang amat dibutuhkan negeri ini. Ia berharap, Buya akan lebih banyak memunculkan pemikiran kritis terkait osisi perempuan yang punya dengan karakter khusus di Minang.

Feri Amsari mengatakan, sikap negarawan Buya Syafii bisa dilihat ketika ia memimpin PP Muhammadiyah, tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk sekedar memasukkan aliran listrik ke kampung halamannya yang ketika itu belum mendapat aliran listrik.

Jasrial pengelola Ponpes Buya Hamka mengatakan, Buya Syafii selalu mengasah berfikir dan mengaplikasikannya dalam berbagai bidang kemanusiaan. Dalam tiga tahun terakhir ia mengaku cukup intens berinteraksi dengan Buya Syafii.

“Buya selalu mengingatkan untuk selalu gigih dan berjuang dalam mengembangkan pondok pesantren,” ujar Jasrial yang juga selalu mengingat pesan Buya Syafii untuk selalu berfikir untuk kebesaran bangsa.

Dedi Mahardi, motivator yang mengaku mengenal Buya Syafii ketika ia menulis buku lalu mengirimkannya pada Buya Syafii. “Buya Syafii, selalu membalas melalui SMS dan mengatakan sudah menerima bukunya. Baru setelah buku kesembilan saya berani bertemu dengan Buya Syafii,” ujarnya.

Dedi juga mengatakan, Buya Syafii selalu mengajak agar jangan mengkerdilkan Minang. Karena itu, menurutnya, sikap kebangsaan dan kenegarawanan yang diperlihatkan Buya Syafii sulit dibandingkan dengan tokoh yang ada di negeri ini.

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!