27.2 C
Jakarta

Realita Umat Islam, Menyedihkan!

Baca Juga:

Shamsi Ali
Shamsi Ali

Ini bukan ungkapan pesimisme. Bukan pula ekspresi keputusasaan. Karena sejatinya Islam tidak mengenal pesimisme dan keputusasaan. Keyakinan dasar kita adalah, di penghujung terowongan panjang yang gelap gulita itu ada cahaya yang terang benderang.

Orang Amerika biasa mengungkapkan: “at the end of the long dark tunnel there is a very shining light”.

Umat ini, yakin seyakin yakinnya bahwa janji-janji Allah tentang kesuksesan dan kemenangan itu pasti adanya. “Dan Allah tidak pernah mengingkari janjinya” (Al-Quran).

Namun demikian, alangkah bijaknya jika janji-janji itu disikapi sebagai “challenge” (tantangan), agar kita melakukan kerja keras untuk meraihnya. Janji-janji itu ada di atas sana, tergantung di ketinggian langit. Dan umat diwajibkan berjihad untuk meraihnya.

Untuk memulai langkah-langkah jihad itu, umat perlu memahami realita lapangan. Bahwa realita yang ada saat ini, justru semakin menantang umat untuk bangkit dan melakukan perjuangan (jihad) dalam segala lini kehidupannya, demi meraih janji-janji Tuhan.

Realita umat

Saya ingin memulai dengan kehancuran dunia Islam. Bahwa masa lalu, negara-negara Islam berada pada posisi perekonomian yang fantastis. Kendati hidup di bawah rejim yang otoritarian, umat hidup dengan kemakmuran.

Saat ini perhatikan realitanya adalah:
Afghanistan hancur.
Iraq hancur
Pakistan di jalan kehancurannya
Libya hancur
Somalia hancur
Syria hancur
Yeman hancur
Mesir di ambang kehancuran
Iran terus digenjot untuk dihancurkan
Qatar ditekan, untuk dihancurkan
Saudi digenggaman kekuasaan lain
Sudan diinjak tak berdaya
Turki diobok-obok, untuk diporakporandakan
Indonesia dirantai dengan beban hutang
Palestina semakin menderita berkepanjangan.

Korban peperangan

Dalam perjalanan perang dan kekerasan dunia, dalam 20 tahun terakhir ada sekitar 20 juta umat Islam terbunuh. Dan dunia diam membisu. Bandingkan ketika terjadi serangan 9/11, sekitar 3000 kurang, orang Amerika meninggal, termasuk orang Islam. Dunia menggonggong siang malam meratapi musibah itu.

Pengungsi

Saat ini pengungsi terbesar dunia adalah orang-orang yang beragama Islam. Ada sekitar 59.9 juta pengungsi dunia adalah dari kalangan umat Islam.

Buta huruf

Kendati ayat pertama yang diwahyukan kepada baginda Rasulullah SAW, saat ini ada illitrasi atau buta huruf dunia sekitar 43 persen dari kalangan umat Islam.

Kemiskinan

Tidak kalah pentingnya, mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan (poverty line) dunia, 60 persen adalah dari kalangan umat Islam. Sekitar 70 persen kemiskinan ekstrim ada di Afrika dan Asia. Dunia Islam, semuanya saat ini di kedua benua itu. Maka sesungguhnya mereka yang miskin ekstrim mayoritasnya adalah umat Islam.

Perdebatan di kalangan umat

Dengan semua realita menyedihkan di atas, kehancuran, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan kondisi menyedihkan lainnya, para ulama umat dan pemimpin Islam sibuk berdebat dengan hal-hal berikut:

Bolehkah pria menceraikan isterinya dengan talak tiga dalam satu majlis? Bolehkah menceraikan isteri dengan sms?

Apakah memulai Ramadan dengan rukyah atau hisab? Apakah shalat tarawih 8 atau 20 rakaat?

Apakah qunut dalam shalat subuh itu sunnah atau bid’ah? Apakah memperingati hari-hari bersejarah dalam Islam bid’ah atau tidak?

Apakah membangun kerjasama dengan orang dari agama lain boleh atau haram? Bolehkah non Muslim masuk masjid? Bolehkah non Muslim menyentuh Al-Quran?

Bentuk hijab yang syar’i dan non syar’i. Bagaimana posisi tangan ketika sholat? Membaca amin itu jahar atau sirrri? Wajibkah membaca basmalah sebelum al-Fatihah dalam sholat?

Siapa di antara golongan-golongan umat yang paling sunnah? Pakaian mana yang sunnah? Pakaian melewati mata kaki memasukkan ke dalam neraka. Panjang pendek atau tidak berjanggut dalam menentukan keislaman seseorang.

Dan yang menyedihkan, seringkali dalam perdebatan itu berujung kepada “judgement” atau penghakiman kepada iman dan Islam seseorang. Bahkan tidak jarang, berujung kepada pembid’ahan bahkan pengkafiran sesama Muslim.

Pemimpin umat menutup mata kepada realita-realita di atas dan sibuk menyalahkan sesama, hanya karena beda “kendaraan” dalam berislam dan perjuangan. Seolah jalannya yang benar mutlak. Mewakili kemutlakan “haq ilahi”. Yang lain batil dan neraka.

Di saat-saat merenungkan semua itu tidak jarang tumbuh rasa “minder” dan “pesimisme”. Hal yang pastinya salah dan harus dirubah. Tapi pergulatan batin itu terjadi. Akan kemanakah umat ini dalam tahun-tahun mendatang?

Kepada Allah kita bergantung. DitanganNya segala keadaan. Dia yang merajai langit dan bumi. Amin!

Penulis: Imam Shamsi Ali,Presiden Nusantara Foundation USA

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!