28.4 C
Jakarta

Rektor UMP Ajak Datangi TPS dengan Cerdas dan Mencerahkan

Baca Juga:

PURWOKERTO, MENARA62.COM — Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) Dr. Anjar Nugroho meminta kepada siapa saja yang telah memiliki hak untuk memilih agar tidak golput dengan menggunakan hak pilih dengan suasana batin yang tulus, cerah, cerdas dan ceria serta mencerahkan bagi umat agar tidak ada saling bermusuhan.

“Pemilu kurang 2 hari lagi, tepatnya besok tanggal 17 April 2019. Setelah melalui tahapan kampanye yang cukup panjang dan tentu melelahkan. Dalam pemilu ada yang terpilih dan pasti ada yang tidak terpilih, ini sebuah keniscayaan, walau semua kontestan pasti menginginkan akan menjadi pemenang,” kata Dr. Anjar Nugroho yang juga Ketua Forum Komunikasi Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Banyumas, Senin (15/4/2019).

Menurutnya, dalam Pemilu diperlukan kedewasaan, kematangan, dan keikhlasan untuk menerima perbedaan sekaligus menerima kenyataan hasil Pemilu.

“Menjadi terpilih berarti harus mendapat suara terbanyak atau suaranya menenuhi ketentuan untuk mendapat kursi. Khusus caleg (DPR/DPRD) disamping dapat suara “aman” juga partainya harus lolos electoral threshold. Ini yang menjadikan para calon berjuang mati-matian dalam proses kampanye dan pemilu. Sehingga pemilu menjadi rawan konflik dan perpecahan anak bangsa,” tandasnya.

Rektor menuturkan, Nasehat Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr. Haedar Nashir, untuk menjaga kerukunan dan perdamaian dalam pemilu sangat relevan. Pemilu bukan tahap akhir perjalanan bangsa, yang ketika pemilu usai, usai sudah sejarah bangsa ini.

“Justru pemilu adalah awal untuk mencapai tahap berikutnya yang lebih maju dan berkualitas karena terpilih para pemimpin baru dengan semangat baru. Sangat naif jika pemilu manjadi ajang memperlebar perpecahan dan menciptakan konflik yang tak berkesudahan,” tandasnya.

Lebih lanjut Dr. Anjar mengatakan, sebenarnya tidak ada yang menang dan kalah, tidak ada yang unggul dan yang tersingkir, jika semua pihak memandang pemilu itu bukan segala-galanya.

“Yang harus menjadi segala-galanya adalah sejarah bangsa ini tidak boleh terhenti untuk terus berproses menjadi lebih maju, mensejahterakan dan membahagiakan seluruh elemen bangsa,” pungkasnya. (tgr)

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!