Rianto (43), seorang maestro tari Indonesia asli Banyumas yang berdomisili di Tokyo, Jepang hadir di Pelataran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia atas undangan Komunitas Bakul Budaya FIB UI, pada Sabtu (17/05/2025). Kedatangan lulusan dari Institut Seni (ISI) Surakarta, Jawa Tengah ini ke Indonesia dalam rangka sejumlah kegiatan menarinya dan baru kali pertama pula hadir di kampus UI.
“Kami dari Bakul Budaya bersyukur dan berbahagia atas kehadiran Mas Rianto, seorang penari, pengajar, dan koreografer Tari Lengger Banyumasan yang bersedia berbagi ilmu dan pengalamannya di tengah kepadatan aktivitasnya. Kehadiran ini sesuai dengan misi Bakul Budaya dalam melestarikan budaya dan merajut kebhinnekaan,” tutur Dewi Fajar Marhaeni, Ketua Umum Bakul Budaya FIB UI.
Dalam berkarya, Rianto memilih Tari Lengger Banyumasan. Ia mengulik bukan dari sisi bentuk tari dan teknik menari saja melainkan juga dari sisi sejarah dan filosofinya. Menurut suami dari Miray Kawashima yang juga penari dan pengajar Tari Klasik Jawa ini, merujuk pada Serat Centhini (abad ke-17), Tari Lengger sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Di dunia internasional, pemilik Rianto Dance Studio dan Rumah Lengger di Banyumas ini, telah menyuguhkan Tari Lengger Banyumasan di mana-mana. Termasuk tari kontemporer ciptaannya yang berjudul “Medium.” Bahkan perjalanan hidup Rianto pun menginspirasi sineas kawakan Tanah Air tingkat internasional, Garin Nugroho, dengan membuat film yang dirilis tahun 2019, “Kucumbu Tubuh Indahku,” dimana ia menjadi pemeran utamanya.

Sebelum para anggota Bakul Budaya mulai menari, dilakukan pemanasan dengan Senam Keluhuran Nuswantara, yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Senam ini diciptakan oleh Anter Asmorotedjo (koreografi) dan Pardiman Djoyonegoro (musik). Selanjutnya, Rianto mengajarkan Tari Lengger Sekar Melati, yang berakar dari budaya bertani masyarakat Banyumas. Tarian ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. “Saya menciptakan Tari Lengger Sekar Melati ini di masa pandemi Covid 19. Saya, sebagai lengger, dengan tubuh saya ini merasa harus bisa berbuat sesuatu, menyembuhkan dunia. Tubuh kita merupakan penghubung Bumi dengan Langit. Dengan tubuh kita, kita bersyukur dan berdoa. Nama Sekar Melati diambil dari Penembahan Melati, yaitu kegiatan ritual tradisional para lengger, dalam arti penari Lengger Banyumasan, untuk memperoleh indang atau kekuatan spritual dari leluhur,” ujar Rianto.
Selama satu setengah jam, tarian ini diikuti oleh sekitar enam puluh peserta komunitas Bakul Budaya yang hadir. “Tarian ini aslinya panjang. Tapi, untuk mengajar seperti sekarang ini, saya pakai yang versi lima menit. Ayo, kita belajar Tari Lengger Banyumasan, juga di Bakul Budaya, karena tari ini memiliki filosofi yang sangat tinggi dan kita bisa nguri-uri (melestarikan) budaya Banyumasan dan budaya lokal Indonesia, serta menyatukan segala budaya lokal Indonesia,” ucap pemilik sanggar tari Dewandaru Dance Company di Tokyo ini.