26.7 C
Jakarta

Umroh Pertama, Berharap Mabrur (1)

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Labbaik Allahumma Umrotan, tiba waktunya siapapun yang berazam dan berniat ke Baitullah maka Allah SWT akan mengabulkan harapan dan do’anya. Labbaik Allahumma labbaik. Labbaika laasyarikala-kalabaik innalhamda wanikmata laka walmulk laa syariikalak. Panggilan-Mu membuat jiwa dan raga kita bergetar seketika, bayangan Baitullah merasuk dan menghujam dalam dada, histeris dalam jiwa tak terhindarkan bercampuraduk rasa bahagia yang mendalam, linangan air mata kebahagian tidak terbendung saking luaar biasanya bersyukur atas nikmat-Mu yang tiada tandingannya. Pantas saja, siapapun orang muslim yang telah merasakan nikmatnya ibadah haji dan umroh selalu berharap ingin kembali merasakan nikmatnya sujud dan ibadah bersimpuh di atas tanah Makkah al Mukaromah yang berdiri Masjid Megah nan mewah penuh rahmah dan berkah karena didalamnya terdapat Ka’bah sebagai kiblat umat Islam diseluruh dunia, subhanallah walhamdulillah walaailahaillallah wallahuakbar walahaula walaquwwata illabillah.

Rasa syukur tiada hentinya, namun kerap kali kita lupa dan hilap manakala kesenangan duniawi menghampiri. Bergelimang harta yang menipu dan penuh fatamorgana selalu ada dalam pelupuk mata hati. Bayangan serba nikmat, apapun yang diinginkan tinggal beli tanpa susah payah tidak peduli disampingnya masih banyak yang menderita tak punya asa jiwa dan harta. Spirit rasa syukur harus ditebarkan melalui kesempatan dimanapun berada, tidak ada alasan manusia miskin harta selama manusia yakin dan percaya bahwa Sang Kholiq sudah memberi alat dan bekal yang sama. Jasad fisik inderawi lengkap nan sempurna dan akal pikiran yang senantiasa ada mendampingi, maka disitu peluang dan kesempatan terbuka untuk dapat menambah nilai ibadah, termasuk ibadah haji maupun umroh.

Ibadah haji dan umroh sesuatu yang lumrah dan biasa, siapapun berhak merasakannya baik usia anak, muda-remaja, dan dewasa-lansia. Hanya yang membedakan sejauhmana rasa keinginan yang kuat untuk memfokuskan berajam dan berniat melakukan tahapan-tahapan yang kecil dan sederhana. Ada yang berujar, Kata siapa ibadah haji dan lumrah? Sepengetahuan saya ibadah tersebut harus berbiaya cukup mahal tidak setiap orang mampu! begitu kira-kira singkat kalimatnya. Itu fakta dan nyata, bagi yang tidak memiliki kemampuan finansial akan mengalami kesulitan untuk beribadah haji dan umroh karena titik tolaknya pada kemampuan material. Sebenarnya jikalau berpikirnya komprehensif, jalan menuju ke Baitullah banyak cara, karena manusia ini adalah mahluk hidup yang memiliki kreatifitas berpikir yang cukup tinggi.

Kemabruran dalam haji dan umroh terletak pada proses dari niat awal, pelaksanaan rukun dan syarat syariatnya, hingga perubahan sikap dan prilaku setelah menjalankan rangkaian ritual ibadah haji dan umroh. Di jaman ini, bagi umat muslim di dunia apalagi Indonesia pada khususnya mengalami antrian yang sangat luar biasa lama hingga menyentuh puluhan tahun lamanya. Sehingga alternatif lain berharap lebih cepat untuk beribadah ke Baitullah dan memiliki nilai beribadah haji yang dikenal dengan haji kecil kecuali hanya dengan ibadah umroh, tidak ada aktifitas ibadah yang serupa dengan ibadah haji besar yang waktunya ditentukan pada bulan Dzulhijah melainkan ibadah umroh.

Bagi siapapun umat Islam yang tidak sempat menunaikan Haji besar di bulan Dzulhijah, karena akibat dari regulasi pemerintah serta alasan syari’ lainnya InsyaAllah ketika sudah Umroh Allah SWT sudah pasti mengetahui apa yang sudah dikerjakan hamba-Nya dan para malaikat mencatatnya. Sehingga bagi siapapun yang beribadah haji maupun umroh, nilainya yang berhak menentukan mabrur dan mardudnya adalah hak preogratif Allah SWT. Sekalipun hanya mampu berumroh, sementara berhaji banyak kendala regulasi, situasi dan waktu. Nilai kemabruran yang paling penting, boleh dikatakan percuma untuk berhaji ketika tidak mabrur, selain rugi material juga rugi immaterial. Maka kata kunci beribadah haji dan umroh itu ada dinilai kemabrurannya, bukan seringnya atau mewahnya berhaji atau berumroh.

Siapapun orangnya, ketika berhaji dan berumroh yang pertama kalinya sudah dipastikan kebahagiaanya akan terasa akan kesempurnaan ibadah dalam berIslam. Begitulah spiritualitas beragama dalam Islam, kesempurnaan dapam bahagia bukan pada harta kekayaan melainkan pada ketenangan jiwa dan raga, kedamaian hidup dan dinamika berpikir lebih agresif dan akseleratif dalam rangka mewujudkan masyarakat, bangsa dan negara loh jinawi kerta raharja yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. Karena apabila masyarakat, bangsa dan negara subur dan makmur, dan rakyatnya juga bertabur kabahagian. Maka tidak ada alasan untuk tidak bersyukur kepada Allah SWT, jelas dan tegas sebuah makna ayat yang menyatakan “nikmat mana yang engkau dustakan”.

Berhaji dan berumroh dalam praktiknya tidak terlalu jauh berbeda, nilai ibadah tetap ada pada tingkat kemabruran, dan hal tersebut yang memiliki hak menentukan mabrur dan tidaknya hanya Allah SWT. Semua umat muslim hanya bersusaha memenuhi panggilan-Nya dan menjalankan segala hal yang diajarkanya. Sesaat manakala akan Umroh umat Islam miqot di Bir Ali kota Madinah pada umumnya dalam posisi menggunakan pakaian Ihrom, setelah itu menuju Makkah al Mukaromah untuk melaksanakan Thawaf mengelilingi Ka’bah selama tujuh keliling dan melakukan Sa’i diantara Shafa dan Marwah selama tujuh kali, kemudian diakhiri dengan melakukan Tahalul menggunting atau mencukur rambut minimal beberapa helai, namun kebanyakan kaum adam atau jamaah pria mencukur habis rambut dikepala hingga pelontos. Sementara untuk berhaji ada tambahan praktik Wukuf di padang Arafah sebelum Thawaf. Setelah rangkaian ibadah tersebut secara, jamaah diperboleh untuk kembali ke temat istirahat atau melalukan hal sunnah lainnya.

Begitulah sedikit uraian sederhana dalam bayangan saat sebelum menjalankan langsung, rangkaian diatas bagian dari parktik ibadah Umroh pada umumnya. Pertama kalinya menjalankan ibadah Umroh, selain membayangkan praktik diatas yang luar biasa, juga tidak lupa membayangkan keindahan tempat-tempat bersejarah saat Islam dikembangkan oleh Rosulullah SAW penuh khidmat, tak terbayangkan dalam jangkauan inderawi kita masa-masa perjuangan nabiyullah Muhammad SAW yang gigih tidak mengenal lelah apalagi putus asa, caci maki, hinaan, celaan, tuduhan, dzalim, percobaan pembunuhan berbagai cara dan kejahatan-kejahatan lainnya. Beliau tidak bergeming, dengan tulus ikhlas berjuang untuk izzah al Islam yang dirisalahkan, membangun peradaban dunia melalui tangan sosok yang cerdas, cerdik dan cendikia dengan nalar intelektualitas kreatif dan inovatif sehingga lebih dikenal seorang berkarakater fathanah. Nilai historis memberi ibroh, spirit dan motivasi pada generasi ke generasi akan pentingnya dibalik makna dan nilai tempat bersejarah, bukan sekedar tempat melainkan pesan moral yang muncul dalam kehidupan kita hidup dunia ini. Wallahu’alam.

Bandung, Maret 2023

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!