31.1 C
Jakarta

Yang Selamat dari Rusuh Wamena, Perantau Minang Pura-pura Mati

Baca Juga:

PADANG, MENARA62.COM — Tubuh hingga wajah Erizal penuh luka bakar. Pria 42 tahun ini mengaku bisa lolos dari “neraka” kerusuhan di Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, Papua, karena berpura-pura mati ketika diserang kelompok sipil yang bengis pada Senin (23/9/2019).

Ia bersyukur bisa selamat dan kembali ke daerah asalnya, namun Erizal berduka karena harus kehilangan istri dan satu anaknya secara tragis. “Sayang, anak dan istri saya meninggal dunia karena terbakar,” kata Erizal saat menceritakan kisahnya di kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumatera Barat (Sumbar), di Ulak Karang, Padang, Selasa (1/10/2019).

Erizal berasal dari Sungai Rampan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar. Ia memilih pulang kampung karena Wamena dianggapnya sudah bukan tempat aman lagi dan meninggalkan trauma yang besar.

Serangan Tiba-tiba

Ketika kerusuhan itu meletus, Erizal sedang berada di sebuah kios tempatnya berjualan. Tiba-tiba ia melihat sejumlah orang berkerumun mendatangi beberapa kios, termasuk ke kiosnya.

“Jumlah mereka sekitar 30-an orang dan kami sama sekali tidak mengenal mereka,” ungkap Erizal.

Ia beserta istri, anak, dan beberapa orang lainnya mencoba menyelamatkan diri ke dalam sebuah rumah di belakang kios. Namun, massa yang beringas mengendus mereka, lalu mengepung, mendobrak pintu rumah, dan melakukan penyerangan membabi-buta.

“Salah seorang kemenakan saya yang bernama Yoga mencoba menahan pintu, namun mereka berhasil mendobraknya. Kami dilempari, ditembaki dengan panah, sehingga kami semua sudah pasrah mati,” tutur Erizal

Yoga beserta anak dan istrinya tewas oleh tikaman parang perusuh. Sedangkan Erizal, sambil menderita luka bakar dan tikaman, berhasil menyelamatkan diri setelah berpura-pura mati.

“Setelah kami ditikam, rumah itu dibakar. Namun, saya cepat bangkit dan menyelamatkan diri, tapi tetap saja kepala dan tangan saya terbakar,” sambung Erizal yang terpaksa lari sendiri setelah istri dan anaknya ketahuan tewas terbakar.

Ia mencoba mengontak aparat Kodim, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa dikarenakan mobil tidak bisa masuk ke lokasi penyerangan. Dua jam kemudian barulah bantuan datang.

“Saya langsung dibawa ke rumah sakit, diobati pihak medis karena mengalami luka bakar di beberapa bagian badan saya,” ujar  Erizal.

Sudah sekitar enam tahun Erizal merantau ke Wamena untuk berdagang. Ia membawa serta istri dan salah satu dari dua anaknya. Sementara anak sulungnya, James Lugian Rizal (13 tahun), bersekolah di SMP Serambi Mekah, Padang Panjang.

“Selama enam tahun lebih di sana, hubungan saya dengan penduduk asli Papua baik-baik saja. Kami tidak pernah ada konflik apapun,” lanjut Erizal, sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara.

Bahkan, saat terjadi kerusuhan, penduduk asli yang ia kenali ikut membantu menyelamatkannya. Begitu juga terhadap warga pendatang lainnya yang jadi sasaran penyerangan kelompok perusuh.

Selain duka mendalam atas kematian istri dan anaknya, dan mereka termasuk dalam daftar sedikitnya 33 orang korban tewas, Erizal kini merisaukan nasib ribuan perantau lainnya yang terjebak kerusuhan Wamena. Ia berharap situasi segera pulih atau para perantau bisa segera dipulangkan ke daerah asal dengan selamat.

 

 

- Advertisement -

Menara62 TV

- Advertisement -

Terbaru!