27.3 C
Jakarta

Guru Besar dan Alumni UI Peringati Sumpah Pemuda lewat Konser Puisi

Baca Juga:

Universitas Indonesia melalui Poetry Reading Society of Indonesia (PRSI) dan Poetry Reading and Writing Society of Indonesia (PRWSI), menyelenggarakan konser puisi untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang bertajuk, “Sumpah Pemuda dalam Karya dan Seni: Guru Besar dan Alumni Berpuisi.” Acara diselenggarakan di Makara Art Center (MAC) UI, Sabtu (29/10). PRSI dan PRWSI merupakan komunitas pembaca dan penulis puisi yang terdiri dari Guru Besar, dosen yang masih aktif maupun purnabakti, serta alumni UI.

“Melalui kegiatan ini, kita akan melihat bagaimana Stovia berperan penting dalam lahirnya Sumpah Pemuda, yang merupakan cikal bakal dari Universitas Indonesia dan bagaimana sejarah bangsa kita ke depannya. Kita juga perlu terus memperjuangkan budaya bangsa dan memastikan bahwa ke depannya rasa nasionalisme tetap bersemayam di dada setiap putra-putri Indonesia,” ujar Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari, M.M., M.Sc., Presiden PRSI dan PRWSI dalam sambutannya pada pembukaan acara tersebut.

Sebanyak 30 pembaca puisi tampil membawakan puisi karya sendiri ataupun karya penyair lain. Diantaranya, sepuluh guru besar dari berbagai fakultas, dua dekan, mahasiswa, dan alumni UI. Pembacaan puisi dibagi ke dalam lima topik, yaitu Pemudaku Pahlawanku, Satu Bangsa, Mana Sumpahmu, Berdiam Sepi, dan Kidung untuk Pemuda.

Sebelum para pembaca puisi tampil, kegiatan diawali orasi budaya bertema, Literasi Puisi Membangun Negeri. Orasi disampaikan budayawan Mohamad Sobary, yang membahas persoalan pembacaan realitas yang dilakukan oleh seorang penyair bernama Oktavio Paz, penerima Penghargaan Nobel Kesusastraan pada tahun 1990. Oktavio menyatakan kesedihannya menghadapi dunia, karena menurutnya, ilmu pengetahuan dan teknologi itu bisu, buta, dan tuli. Tidak memiliki satu unsur dalam hidupnya untuk membagi. “Keserakahan tidak ada batasnya, ekonomi tidak bisa membatasi keserakahan yang justru menambah keserakahan demi keserakahan. Ilmu sastra tidak berbicara tentang karakter manusia, namun sastralah yang teaching human being to speak the language of humanity. Itu dalam sekali maknanya. Jika sepuluh tahun yang akan datang saya diundang kembali di acara seperti ini, saya sudah tahu jawabannya, bahwa menjadi pantas mengapa sastra dinobatkan sebagai nabi kecil pada zaman ini,” ujar Sobary.

Acara dimeriahkan dengan berbagai penampilan lainnya, seperti musikalisasi puisi, Dancing Engineers yang merupakan persembahan dari alumni Fakultas Teknik (FT) UI dengan menggunakan selendang batik ILUNI UI, happening art, fashion show Batik Depok persembahan Ratna Batik Depok. Penyelenggaraan konser puisi ini berlangsung selama 3 jam. Selain itu, di luar ruang pertunjukkan juga diramaikan dengan booth wirausaha dan pameran foto karya seni budaya Indonesia.

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!