31.8 C
Jakarta

KH. Ayat Dimyati; Guru Dan Orangtua Muhammadiyah-Ku (3)

Baca Juga:

 

Oleh : Ace Somantri

BANDUNG, MENARA62.COM – Optimisme pak Kyai Haji Ayat Dimyati sempat menurun ketika tim perumus dokumen naskah akademik pendirian Universitas pindah dari Mujahidin ke STAI Muhammadiyah Bandung tanpa diketahui olehnya. Ketika beliau datang ke kampus STAI Muhammadiyah sempat berujar, Ce.., pendirian Institut lanjut lagi ! Kemudian dijawab, kenapa gitu pak Haji? Itu panitia Universitas sudah tidak ada aktifitas lagi di Mujahidin, katanya begitu.

Tanpa basa basi, saat itu juga pak Haji Ayat Dimyati dibawa ke lantai 3 ruang paling pojok untuk diperlihatkan bahwa tim perumus telah dipindahkan ke kampus STAI Muhammadiyah Bandung, akhirnya beliau berucap, “Alhamdulillah, Mudah-mudahan dilancarkan Insya Allah Universitas Muhammadiyah teh jadi” dengan terlihat wajah bahagia dan sumringah.

Sejak itu pula setelah mengetahui tim pembuat dokumen Universitas tetap berjalan, beliau rutin bertanya perkembangan pendirian Universitas Muhammadiyah Bandung. Optimisme selalu terucap di berbagi acara disampaikan beliau kala memberikan sambutan dan melontarkan ungkapan akan berdirinya Universitas Muhammadiyah Bandung, saking optimisnya dia bersedia jam berapapun siap diminta atau dijemput apabila dibutuhkan untuk mendampingi dan mewakili tim panitia kemanapun diperlukan.

Walaupun ketika finishing perijinan Universitas Muhammadiyah Bandung hanya menghitung hari akan segera didapat, beliau yang terkenal peka dan peduli akan kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah, sekalipun banyak yang meminta dirinya bersedia kembali, tetap pada pendiriannya akhirnya mempensiunkan diri dari kepemimpinan Muhammadiyah Jawa Barat. Kemudian selanjutnya digantikan oleh pak Haji Zulkarnaen untuk mewakili berbagai hal kegiatan ijin Universitas Muhammadiyah Bandung.

Sedih dan kecewa berkecamuk ketika membaca pesan whatsapp bahwa guru dan orangtua-ku ber-Muhamamdiyah telah meninggal, tidak tertahan tetesan air mataku berlinang karena penyesalan diri belum sempat bertemu beliau sejak covid-19 mendera. Hanya sesekali bertanya pada anaknya tentang kabar beliau, bahkan istriku menyalahkan karena tidak jadi terus menengok beliau sejak tidak aktif lagi di BTM Mujahidin.

Senyum dan tawa kala bertemu tidak pernah terlewat, kebiasaan naik angkutan umum dan jalan kaki kala pulang ke rumah selalu terlihat jelas dengan khas jaket dan tasnya, mengenang teori tentang al hawas, al qolbu dan al lubby dalam berbagi pengajian terbatas di lingkungan persyarikatan. Terngiang di telinga istilah Irfani, bayani dan burhani selalu diulang dalam kajian tematik di komisariat IMM.

Terbayang kembali kala itu kesederhanaan sosok dosen pernah menjabat wakil dekan fakultas Syariah IAIN SGD Bandung, Ketua PD Muhammadiyah Kota Bandung dan juga tokoh cendikiawan berwibawa dan segani, tetap santai sambil bergelantung di Bis Damri Kebon Kalapa – Cibiru walaupun penuh sesak para pekerja dan mahasiswa, sesekali ada mahasiswanya dibayarin untuk tiket busnya. Kemuliaan ahlak, peka dan peduli pada sesama tidak terpisahkan menjadi bagian hidupnya, konon kabarnya supir-supir khusus Pimpinan Muhammadiyah Jawa barat selalu bahagia kala mengantar Pak kiyai Haji Ayat Dimyati kunjungan ke daerah atau mengisi ceramah, karena setiap amplop yang didapat siapa pun supirnya selalu dapat bagian. Begitulah sedikit yang diketahui tentang sikap dan prilaku guru dan orangtua Muhaammadiyah-ku semoga kenangan kebaikanmu akan menjadi tiket syurga yang menantimu, maaf seribu maaf karena belum bisa memabalas kebaikanmu. The end. Wallahu alam.

Bandung September 2022

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!