YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Ar Royyan Utama, mahasiswa Program Studi (Prodi) International Undergraduate Program Industrial Engineering, Universitas Islam Indonesia (IUP IE UII) merasa senang bisa mengikuti ‘Educational Visit 2025’ ke Australia. Ar Royyan Utama mengaku dapat menambah wawasan terutama saat mengikuti workshop yang membahas tentang Artificial Intelligence (AI) di Swinburne University of Technology, Australia.
“Kita membahas AI dengan topik demensia yang dialami oleh para orangtua. Jadi kita berusaha menciptakan produk-produk yang bisa membantu orang-orang dimensia. Kita mengikuti brandstorming dan hasilnya mendapat feedback dari Assoc Prof Abdullah yang ahli di bidang AI,” kata Ar Royyan Utama.
‘Educational Visit 2025’ ke Australia dilaksanakan Selasa-Ahad (10 – 15/6/2025) dan diikuti sebanyak 11 mahasiswa dan didampingi dua dosen. Mereka mengunjungi Kota Melbourne, Swinburne University of Technology, Industri Modern di BlueScope, University of Wollongong, dan Kota Sydney.
Mahasiswa didampingi Didin Dwi Novianto ST, MLSCM, Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (FTI UII) dan Ir. Winda Nur Cahyo, ST, MT, PhD, IPM, ASEAN Eng, Kaprodi Magister Teknik Industri FTI UII. Didin Dwi Novianto menjelaskan secara terperinci ‘Educational Visit 2025’ ke Australia.
Hari pertama, kata Didin, mahasiswa diajak ke Melbourne Cultural Immersion. Mahasiswa berkesempatan mengenal sejarah dan warisan budaya kota ini. “Landmark seperti Royal Exhibition Building, Art Museum, Parliament House, dan Fitzroy Gardens menjadi saksi bisu dari kekayaan sejarah yang membentuk identitas Melbourne. Peserta tidak hanya belajar dari yang terlihat, tetapi juga mendalami cerita dan makna dari setiap tempat yang dikunjungi,” kata Didin.
Kemudian hari kedua, mahasiswa mengunjungi Swinburne University of Technology. Mahasiswa mengikuti workshop tentang design thinking yang dipandu Assoc Prof Abdullah dan Assoc Prof Jo Kuys. Mereka mengeksplorasi studi kasus merancang produk untuk orang dengan demensia, yang mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Mahasiswa IUP IE UII mempresentasikan ide-idenya dan menerima umpan balik konstruktif.
Setelah itu, peserta melakukan tur ke Laboratorium Factory of the Future. Di sini, mereka mengenal teknologi tercanggih, termasuk 3D printing, robotics, dan safety sensors, yang menjadi pusat inovasi di berbagai bidang ilmu seperti Engineering, Design, Science, dan Medical.
Hari ketiga, kata Didin, melakukan kunjungan ke pabrik BlueScope dan mereka mendapatkan pengalaman yang tak ternilai. Mahasiswa diajak melihat langsung proses produksi baja yang melibatkan otomatisasi dan inovasi teknologi.
Mahasiswa belajar bagaimana industri modern beroperasi dengan memperhatikan keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan. “BlueScope menunjukkan bahwa kemajuan industri dapat berjalan seiring dengan pelestarian planet kita, memberikan contoh nyata bagaimana tanggung jawab korporat diterapkan,” kata Didin.
Hari keempat, mahasiswa mengunjungi University of Wollongong. Di sini, mahasiswa mengikuti kuliah umum yang disampaikan para pakar seperti Prof Geoff Spinks, Prof Zhengyi Jiang, dan Assoc Prof Thieling Zang. Isi kuliahh para pakar dapat memperluas wawasan mahasiswa IUP IE UII dalam bidang engineering asset management, systems, dan materials engineering.
Seusai sesi kuliah, mahasiswa mendapat kesempatan untuk eksplorasi berbagai laboratorium, di antaranya, laboratorium material, mesin, dan mekatronik. Kunjungan laboratorium ini, menambah pengetahuan teknis serta membuka pikiran mahasiswa IUP IE UII terhadap kemungkinan pengembangan teknologi di masa depan termasuk melanjutkan studi/riset di kampus ini.

Hari kelima, sebagai penutup program, mahasiswa mengeksplorasi keindahan kota Sydney. Mahasiswa tidak hanya menikmati panorama indah dari Opera House dan Harbour Bridge. Tetapi mereka juga menyelami dinamika budaya setempat dengan mengunjungi University of Sydney dan Paddys Market. “Aktivitas hari terakhir ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk melihat dan merasakan langsung keunikan Sydney sebagai kota global,” ujar Didin.
Sedang Danang Setiawan, ST, MT, Sekretaris Program Studi Internasional, Program Teknik Industri FTI UII mengatakan kunjungan ini dimaksudkan untuk Membangun Wawasan Global, Mengasah Kreativitas, dan Memperluas Jaringan Internasional. Educational Visit ini dirancang untuk memperkaya wawasan internasional mahasiswa UII dan memberikan mereka perspektif baru dalam bidang teknik industri dan pendidikan global.
Sementara Winda Nur Cahyo mengungkapkan pengalaman mahasiswa yang mengikuti Educational Visit diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis mereka. Selain itu, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana pendidikan dan industri di negara lain beroperasi, serta memperkuat jaringan profesional dan sosial mereka.
Winda menjelaskan sebetulnya, dosen-dosen di Australia tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Hal yang membedakan dan menjadi faktor signifikan atau penentu terletak pada culture. “Dosen di sana memiliki kultur akademis yang kuat di kampus. Sedang di Indonesia masih disibukan dengan pekerjaan-pekerjaan administratrif,” kata Winda.
Winda menambahkan kalau di Australia, dosen fokus pada mengajar. Bahkan di beberapa universitas, jika ada dosen memiliki jabatan struktural tidak mengajar. Bahkan ada beberapa model yang melibatkan dosen muda dari sejumlah fakultas. Para dosen muda yang potensial diajari bagaimana menjadi pemimpin kampus di masa datang.
“Dalam beberapa rapat mereka diikutkan agar mengetahui proses bisnis universitas. Dosen-dosen muda ini dipersiapkan sebagai pemimpin di masa datang,” jelas Winda Nur Cahyo. (*)