26.1 C
Jakarta

Pemberian Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil Dapat Cegah Bayi Lahir Prematur

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Pemberian tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri dan ibu hamil dapat mencegah bayi terlahir prematur dan stunting. Hal tersebut disampaikan Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes Lovely Daisy pada Temu Media dalam rangka memperingati Hari Prematur Sedunia yang digelar RSAB Harapan Kita, Jumat (15/12/2023).

Menurutnya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja perempuan dapat mengurangi risiko anemia. Karena itu Kemenkes melakukan intervensi pada remaja dengan pemberian TTD ini.

Berdasarkan data, saat ini masih ada 48,9 persen ibu hamil dengan anemia. Padahal ibu hamil dengan anemia berpotensi melahirkan anak premature.

“Makanya ibu hamil juga perlu rutin mengkonsumsi TTD untuk mencegah anak terlahir prematur dan stunting,” kata Daisy.

Diakui, berdasarkan data sensus penduduk tahun 2020, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 189 setiap 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 16,8 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data rutin yang dilaporkan ke Kemenkes, lanjutnya, bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan prematur, askfisia (kadar oksigen dalam tubuh berkurang), serta infeksi, merupakan penyebab utama kematian bayi.

“Kita perlu mencegah bayi-bayi agar tidak terlahir prematur atau BBLR untuk mempercepat penurunan stunting. Kemenkes telah melakukan 11 intervensi spesifik sejak sebelum lahir, saat kehamilan, dan pasca-melahirkan,” ujar Daisy.

Menurutnya deteksi dan tata laksana dini faktor risiko selama kehamilan merupakan salah satu faktor kunci pencegahan premature dan BBLR. Selain itu, mempertahankan berat badan ideal, konsumsi asupan gizi yang baik, dan suplementasi gizi termasuk tablet tambah darah sebelum dan selama hamil, juga sangat penting untuk dapat menjaga kesehatan ibu dan bayi.

Daisy mengatakan perlunya berbagai intervensi untuk ibu hamil agar kasus-kasus bayi premature bisa ditekan lebih rendah. Misalnya mengkampanyekan pemeriksaan kehamilan secara rutin minimal 6 kali dalam masa hamil. Kemudian konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil sebanyak satu tablet setiap hari selama masa kehamilan dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronis selama 90 hari.

Sementara itu Dokter Anak Konsultan Neonatologi yang juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Rinawati Rohsiswatmo menyatakan bahwa sebesar 32 persen stunting disebabkan oleh kelahiran bayi premature.

“Bayi prematur itu cenderung sakit-sakitan dan kurang gizi, dan menyebabkan sekitar 1/3 dari kejadian stunting, juga 1/3 angka kematian bayi,” katanya.

Diakui, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan bayi prematur sangat tinggi, mengingat prosedur yang dilakukan perlu menggunakan alat bantu napas seperti ventilator, dan lain sebagainya.

“Biaya perawatan bayi sangat prematur di rumah sakit bisa mencapai 5-7 juta per hari di rumah sakit pemerintah. Untuk itu perlu pencegahan sejak dini, karena bayi prematur idealnya juga membutuhkan pemantauan hingga usia 18 tahun. Jadi lebih baik memang dicegah sejak remaja, misal dengan tablet tambah darah,” ucapnya.

Ia juga membantah stigma bahwa anak yang terlahir prematur cenderung bodoh.

“Tidak benar kalau ada stigma bayi prematur bodoh, tidak benar juga kalau ada yang bilang (anak prematur) yang pintar, jadi pintar banget. Yang paling penting itu otaknya harus tetap sempurna, walaupun terlahir kecil harus kita sempurnakan,” kata Rinawati.

Namun ia membenarkan bahwa bayi yang lahir prematur cenderung sakit-sakitan. Untuk itu perlu pencegahan sejak dini, dengan menjaga kesehatan ibu sejak sebelum kehamilan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!