JAKARTA, MENARA62.COM – Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) Dr. Nurlina Rahman, S.Pd, M.Si menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan “Konsinyasi Penyusunan Konsep Kreasi Cipta Lagu Anak – Tujuh Nilai Pembiasaan” yang digelar Pusat Penguatan Karakter (Puspeka), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di Jakarta pada Kamis (7/11/2024). Dalam kegiatan yang melibatkan 4 narasumber tersebut, Nurlina Rahman membawakan materi Event Management.
Kegiatan Konsinyasi Penyusunan Konsep Kreasi Cipta Lagu Anak – Tujuh Nilai Pembiasaan tersebut dibuka resmi oleh Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikdasmen Rusprita Putri Utami. Selain Nurlina Rahman, kegiatan juga menghadirkan 3 narasumber lainnya yakni Dr. Anita Damayanti, M.Pd, Drs. Sis Sugiono, MM (Lembaga Seni Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah) dan perwakilan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Dalam sambutannya, Rusprita Putri mengatakan kegiatan konsinyasi penyusunan konsep kreasi cipta lagu anak- tujuh nilai pembiasaan merupakan upaya Puspeka Kemendikdasmen menghimpun usulan dan masukan terkait kegiatan penguatan karakter anak melalui kegiatan cipta lagu anak. Ini sekaligus menindaklaanjuti rencana peluncuran program 7 kebiasaan anak Indonesia hebat yang digagas Mendikdasmen Abdul Mu’ti pada Januari 2025 mendatang.
BACA JUGA : Dosen UHAMKA Nurlina Rahman Bekali Siswa SMK Negeri 3 Jakarta Kemampuan Public Speaking |
“Program 7 kebiasaan anak Indonesia hebat bertujuan salah satunya untuk membentuk kebiasaan positif anak-anak Indonesia sehingga memiliki karakter yang baik,” ujar Rusprita.
Tujuh kebiasaan yang dimaksud adalah bangun pagi, beribadah, berolahraga, gemar belajar, makan yang sehat dan bergizi, bermasyarakat, dan tidur cepat. “Ke-7 aktivitas ini merupakan aktivitas yang dilakukan anak-anak dari bangun pagi hingga tidur lagi,” lanjut Rusprita.
Sosialisasi dan edukasi terkait 7 kebiasaan anak Indonesia hebat tersebut bisa dilakukan melalui berbagai media, salah satunya adalah penciptaan lagu anak-anak. Karena itu Puspeka Kemendikdasmen terus berupaya menghimpun masukan, ide-ide dan usulan dari kalangan akademisi dan praktisi agar kegiatan bisa mencapai sasaran yang diinginkan.
Sementara itu Nurlina Rahman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya (LSB) PWM DKI Jakarta dalam materinya menekankan pentingnya kreativitas dalam menanamkan 7 kebiasaan anak hebat melalui lagu anak-anak. “Kreativitas menjadi kata kunci karena nantinya lagu ini akan menyampaikan inti dari 7 kebiasaan baik yang harus dilakukan oleh anak-anak,” kata Nurlina.
Menurutnya penanaman 7 kebiasaan baik pada anak yang dilakukan melalui lagu harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, lagu anak-anak haarus mengajarkan nilai- nilai seperti kerja sama, toleransi, penghormatan, dan kejujuran. Kedua, lagu anak-anak harus harus mengandung unsur permainan. “Artinya anak dapat bermain sekaligus belajar bernyanyi,” tutur Nurlina.
Dan ketiga, lagu anak-anak harus membangkitkan semangat anak melakukan gerakan fisik (menari), bersenang-senang dan bergembira. “Dan tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah penggunaan alat music dan sound system dalam menggunakan lagu anak-anak untuk menanamkan 7 kebiasaan baik. Dengan alat music maka lagu anak-anak akan disuguhkan lebih indah sehingga anak-anak akan bergembira,” lanjut Nurlina.
BACA JUGA: Praktisi Public Speaking Dr. Nurlina Berbagi Ilmu Pewara dengan Guru-Guru SMKN 19 Jakarta |
Hal-hal tersebut jelas Nurlina harus diperhatikan betul oleh para pencipta lagu anak-anak. Mengingat kompetisi cipta lagu anak membawa misi penting berupa penanaman 7 kebiasaan baik pada anak sejak usia dini.
Beberapa masalah yang perlu diakomodir dalam pelaksanaan kompetisi cipta lagu anak antara lain Apa, Siapa, Mengapa, Kapan, Dimana dan Bagaimana (5W + H) event tersebut digelar. Lalu penting pula menjabarkan motif, tujuan, nama kegiatan, tema, target peserta, juri, sponsor, sumber pendanaan, mitra kerjasama, bagaimana merancang acara, dan pengumuman pemenang serta konsep launching kegiatan.
Even kompetisi cipta lagu anak bisa dimulai dengan kegiatan promosi untuk menjangkau calon peserta. Promosi ini bisa melalui guru seni budaya di sekolah-sekolah, tempat les atau kursus musik, sanggar seni, media elektronik, media sosial, iklan media, dan imbauan pada seniman khususnya musisi Indonesia untuk menggalakkan lagu anak.
Dalam kesempatan tersebut Nurlina yang juga menjabat Wakil Ketua Afiliasi Pengajar Peneliti Budaya Bahasa Sastra Komunikasi Seni dan Desain (APEBKID) DKI Jakarta memberikan masukan terkait apa saja yang menjadi kriteria lagu anak-anak. Pertama adalah penggunaan nada yang tidak terlalu tinggi dengan jangkauan maksimal satu oktaf. Interval atau lompatan dari nada pertama ke nada kedua sebaiknya tidak terlalu jauh, yakni tiga atau empat nada.
Penggunaan nada yang berdekatan dan tidak terlalu tinggi, lanjutnya, membuat melodi yang diciptakan tidak rumit sehingga ritme lagu mudah dipahami dan diingat. “Lirik lagu juga menjadi aspek penting dalam penciptaan lagu anak,” terang Nurlina.
BACA JUGA: Dosen UHAMKA Dr. Nurlina Rahman Beri Pelatihan Komunikasi Efektif dalam TPTKP bagi 50 Anggota Polri |
Selain itu, penting diperhatikan bahwa lirik lagu anak-anak harus banyak pengulangan, bahasanya sederhana, serta dapat membimbing mereka untuk bermain dan belajar. Nurlina mencontohkan lagu anak-anak “Balonku” dan “Pelangi” yang menjadi lagu abadi untuk anak-anak karena hanya memakai nada dasar dan lirik yang kaya akan pengulangan.
“Banyak lagu anak-anak tidak mencapai popularitas karena melodinya yang sulit, penggunaan nada yang naik-turun, serta lirik yang tidak sederhana,” katanya.
Bagaimana mengukur keberhasilan kompetisi cipta lagu anak? Nurlina menyebut bahwa keberhasilan kompetisi bisa dilihat dari jumlah keikutsertaan peserta, adanya peserta dari tiap daerah atau negara, jumlah lagu yang diciptakan, kategori penilaian, kategori penilaian public dan acara puncak & launching.