26.2 C
Jakarta

Ilmu Tanpa Adab dan Syukur Akan Mengantarkan pada Kehancuran

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Ilmu menjadi dasar utama dalam membangun iman, karakter, dan peradaban. Tanpa ilmu, manusia tidak akan mengenal siapa Tuhannya, dan tidak akan mampu membedakan kebenaran dari kebatilan. Penegasan itu disampaikan oleh Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I., dalam Kajian Tafsir Surat Al-Qalam ayat 17–28. Menurutnya, ilmu harus mengantarkan manusia pada pengakuan terhadap kekuasaan Allah dan menjauhkan dari kesombongan serta kezaliman.

Dalam pemaparannya, dosen Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IQT), Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengangkat kisah pemilik kebun dalam surat tersebut sebagai cerminan nyata dari manusia yang kufur nikmat. Mereka merencanakan untuk memanen hasil kebun di pagi buta, tanpa memberikan hak kaum fakir miskin dan lupa menyebut “Insya Allah”. Akibatnya, kebun yang semula penuh hasil itu hangus terbakar hingga tidak tersisa sedikit pun untuk dipanen.

“Ini bentuk ujian dan teguran dari Allah kepada orang-orang yang enggan bersyukur,” jelasnya saat ditemui pada Jumat (20/6).

Kisah ini, menurut Ainur, sekaligus menjadi permisalan bagi kaum Quraisy. Meskipun telah mendapatkan nikmat besar berupa diutusnya Nabi Muhammad SAW dari kalangan mereka sendiri, namun mereka justru menolak dan bersikap angkuh. Padahal, jika mereka menerima risalah kenabian, hal itu menjadi kemuliaan bagi bangsa dan bahasa mereka.

Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa harta yang tidak dibersihkan melalui zakat atau sedekah akan mendatangkan kesempitan. Sementara orang-orang yang bersyukur dan gemar berbagi, hartanya akan diberkahi oleh Allah. Ia juga mengingatkan bahwa kejahatan kolektif, meskipun sistemik dan masif, akan hancur jika berhadapan dengan kebenaran dan keadilan.

“Orang yang menghalangi rezeki orang lain, sebenarnya sedang menutup jalan rezekinya sendiri,” katanya.

Kajian ini merupakan bagian dari program rutin Kajian Tarjih yang diselenggarakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), yang telah terlaksana pada Kamis (19/6), secara daring melalui platform Zoom Meeting. Kegiatan ini diikuti oleh Dosen, Tenaga Kependidikan, serta sivitas akademika UMS.

Dalam kesempatan itu, Ainur menegaskan pentingnya mengucapkan “Insya Allah” dan “Alhamdulillah” bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk adab dan pengakuan akan kehendak Allah.

“Insya Allah adalah bentuk izin kita kepada Allah atas segala rencana. Tanpa izin-Nya, tak ada satu pun hal yang bisa kita wujudkan,” jelasnya.

Ia juga menyinggung pentingnya peran ulama dalam pembangunan peradaban. Tokoh-tokoh besar Islam seperti Harun Ar-Rasyid, Nuruddin Zanki, dan Shalahuddin Al-Ayyubi mampu membangun peradaban karena dekat dengan ulama dan menjadikan ilmu sebagai dasar kebijakan.

“Pemimpin besar lahir dari pemahaman agama dan bimbingan ulama,” ungkapnya.

Melalui kajian ini, peserta diajak merenungi pentingnya kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan. Harta hanyalah titipan, dan sebaik-baik hamba adalah mereka yang memelihara amanah itu dengan cara yang diridhai Allah. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!