SURAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) meresmikan pengiriman produk perdana Mesin CNC Bubut Leanturn ke pangsa pasar domestik. Mesin ini adalah hasil kolaborasi antara SMK St. Mikael, Politeknik ATMI Solo, dan PT. ATMI Solo.
Kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dan industri ini menjadi salah satu bukti bahwa pendidikan vokasi mampu menghasilkan produk nyata untuk digunakan masyarakat. Mesin CNC Bubut Leanturn ini sudah masuk ke dalam aplikasi SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan di Sekolah).
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto, mengaku bangga dengan prestasi tersebut karena tidak mudah untuk masuk ke dalam sistem SIPLah.“Produk CNC buatan SMK St. Mikael ini juga telah melewati uji aspek presisi, aspek durability, dan aspek konsistensi kepresisian dalam ribuan jam produksi, sudah sesuai standar industri,” terang Wikan di Surakarta, pada Jumat (17/12).
Menurutnya, ini menjadi suatu pencapaian yang luar biasa bagi SMK St. Mikael atas kerja keras mereka dalam mengimplementasikan konsep Link and Super Match yang telah digaungkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbusristek.
“Kami ingin sekolah-sekolah yang lain dapat mencontoh praktik baik ini sehingga akan tercipta produk-produk lain yang bermanfaat melalui proses pembelajaran pembelajaran berbasis industri (teaching factory) dan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning yang disingkat PjBL) di satuan pendidikan vokasi,” kata Wikan.
Ia juga menyampaikan keyakinan akan pentingnya pembelajaran yang menerapkan konsep teaching factory yang umumnya disebut TEFA dan PjBL di SMK atau satuan pendidikan vokasi lainnya agar siswa memiliki pengalaman yang riil saat belajar layaknya belajar dengan suasana dan budaya kerja di industri.
Kepala SMK St. Mikael Surakarta, Maryata, mengatakan bahwa sejak acara peluncuran (launching) produk Mesin Bubut CNC Leanturn di Kolese Mikael Surakarta, Agustus lalu, pihaknya terus mengolaborasikan langkah strategis dengan industri. Menurutnya, ada tiga langkah yang ditempuh dalam berkolaborasi dengan industri.
“Tiga langkah tersebut adalah komunikasi, komunikasi, dan komunikasi secara terus-menerus untuk meyakinkan industri menjalin kerja sama yang berkelanjutan, khususnya dalam hal produksi mesin leanturn,” ujar Maryata. Ia mengatakan, Mesin Leanturn yang merupakan seri mesin EDU CNC, yaitu seri Edulathe dan Edumill, saat ini akan dikirim ke pihak pengguna.
Mesin Bubut CNC Leanturn berhasil dikembangkan melalui kolaborasi satuan pendidikan vokasi dengan ATMI Group. Kerja sama itu melibatkan Politeknik ATMI Surakarta, SMK St. Mikael Surakarta, dan PT ATMI Solo yang telah berlangsung sejak 2009. Tak ketinggalan yang turut membantu, selaku pihak pemasar, yaitu PT. Buana Prima Raya. “Dari seri-seri lama yang pernah dibuat, setidaknya sudah ada 45 unit yang sudah disalurkan kepada pengguna, yang kebanyakan dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Politeknik,” ujar Maryata.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Mesin Leanturn itu masuk pada seri pengembangan mesin turning CNC versi ke-4, atau versi terbaru. Dengan mengunakan konsep yang berbeda, memungkinkan mesin dapat diproduksi dengan lebih efisien. Mesin Leanturn versi terbaru berukuran tinggi 1.540 mm, panjang 1.500 mm, lebar 1.500 mm, dengan total berat 1.300 kg, mempunyai tipe LT 300-100, dengan tegangan operasional 380V, arus operasional 21 ampere, dengan daya motor penggerak 4 KW.
Mesin ini memiliki kapasitas kerja sumbu X = 200mm dan sumbu Z = 265mm, maksimum turning diameter 100mm, dengan spindle versi optional, manual maupun versi automatic, dengan kecepatan (speed) 50 – 4000 rpm, dilengkapi aksesoris standar berupa collant supply equipment, centralized lubrication equipment, chip trolley, dan work light.
Maryata lalu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbudristek yang selalu memberikan dukungan untuk berani, maju, dan berkomitmen agar pendidikan vokasi semakin produktif dan berprestasi. “Termasuk memberikan sumbangan produk dalam negeri yang ke depannya bisa digunakan dan dimanfaatkan khususnya di dalam negeri,” tutur Maryata.